Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.
Powered By Blogger

Minggu, 05 Desember 2010

Pahit "Manis" Kopi



SARAPAN pagi tanpa kopi bagi penggemarnya, ibarat sayur tanpa garam. Makanan yang masuk ke mulut terasa seret tanpa kehadiran "si hitam" yang ada di dalam cangkir. Namun bagi orang-orang tertentu justru kehadiran "si hitam" tidak diinginkan. Boleh jadi kehadirannya menimbulkan perasaan tidak nyaman, jantung berdebar-debar dan rasa perih di bagian saluran pencernaan.

Kopi rasanya memang pahit. Namun di balik rasa pahit itu, ada "rasa manis" atau manfaat bagi kondisi tubuh. Tidaklah mengherankan bila di tengah masyarakat cukup banyak mitos seputar kopi. Misalnya saja, kopi menyebabkan pengeroposan tulang (osteoporosis), kanker, penyakit jantung, gangguan pembentukan janin.

Mitos-mitos tersebut, menurut dokter spesialis gizi klinik dr Endang Darmoutomo MS SpGK, tidak sepenuhnya benar. Kafein yang terdapat pada kopi tidak selalu berdampak negatif untuk kesehatan. Zat ini tidak hanya terdapat pada kopi saja, tetapi juga pada teh, cokelat dan juga minuman ringan yang mengandung soda.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kafein sebagai zat nonnutrien yang terdapat pada makanan. Nama kimia kafein adalah 1,3,7 trimetilxantin, termasuk dalam golongan alkaloida purin. Kafein inilah yang membuat citarasa kopi menjadi pahit. Pada kadar 0,2 mili mol/liter sampai 1,8 mili mol/liter barulah kita merasakan rasa pahit kafein. Di dalam tubuh, kafein mengalami perjalanan melewati saluran cerna dan diserap hampir 100 persen, serta puncak konsentrasi di darah sekitar 15 menit sampai 20 menit setelah minum kopi.

Kafein didistribusikan ke seluruh cairan tubuh, termasuk otak dan kadar tertinggi ada di otot. Kafein, menurut Endang yang aktif sebagai pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan ini, tidak disimpan di dalam tubuh. Artinya, setelah minum kopi atau minuman mengandung kafein, tidak terjadi penumpukan kafein. Pasalnya, kafein memiliki waktu paruh (waktu untuk ke luar dari tubuh) sekitar 3 sampai 10 jam. Rata-rata dalam enam jam setelah kopi diminum, separuh dari jumlah kafein yang masuk ke dalam tubuh dikeluarkan. Misalnya, Anda minum kopi dengan kadar kafein 300 miligram, maka dalam tempo enam jam separuh atau 150 miligram akan ke luar dari tubuh. Sedangkan sisanya yang 150 miligram akan ke luar dari tubuh dalam tempo enam jam berikutnya.

Efek Kafein

Kopi ada dua jenis, yaitu kopi arabica dan kopi robusta. Kopi robusta memiliki kandungan kafein dua kali lebih besar dibanding kopi arabica. Pada manusia, efek kafein dipengaruhi banyak faktor, seperti kadar kafein pada darah yang tergantung pada absorpsi (kecepatan pengosongan lambung, daya absorpsi usus, makanan yang ada bersama kafein) dan berat badan. Juga tergantung pada toleransi tubuh terhadap kafein, kepribadian, dan perokok atau tidak seseorang.

Menurut Endang, efek utama dari kafein adalah stimulansia dan ergogenik. Sebagai stimulansia, kafein membuat orang tidak mengantuk. Hal ini disebabkan kafein menutup kerja adenosin sehingga sel otak menjadi aktif, dan pembuluh darah tidak melebar.

"Kafein juga meningkatkan produksi adrenalin, yakni suatu hormon yang mengakibatkan seseorang beraktivitas. Peningkatan hormon ini meningkatkan tekanan darah dan melebarkan saluran pernapasan, serta menghilangkan nafsu makan," ujar Endang.

Selain itu, kafein pun meningkatkan dopamin, suatu neurotransmiter pengontrol emosi. Dalam jumlah besar di otak, dopamin memberi rasa nyaman/senang. Dengan demikian, kafein sebagai stimulansia bermanfaat untuk menghilangkan kantuk, meningkatkan kewaspadaan, mengurangi sakit kepala karena pelebaran pembuluh darah atau yang dikenal dengan migrain, serta memberi rasa segar dan nyaman.

Sedangkan efek ergogenik yang ada pada kafein bermanfaat menurunkan rasa lelah otot, meningkatkan kontraksi otot karena efektivitas pertukaran ion kalsium dan meningkatkan penggunaan asam lemak bebas sebagai sumber energi.

Endang menyebut, kafein juga bisa berperan sebagai doping. Pasalnya, masuknya kafein ke tubuh sekitar 3 sampai 5 miligram/kilogram sebelum olahraga terbukti meningkatkan stamina. Pemberian 400 miligram kafein dengan membagi dosis atas 200 miligram 3 jam sebelum pertandingan olahraga, dan diikuti satu jam kemudian sebanyak 200 miligram akan meningkatkan performance.

"Penggunaan lebih dari 6 mg/kg, jumlah yang ke luar melalui urine termasuk kriteria doping. Maka tidak dianjurkan minum kafein dalam dosis tinggi. Kafein juga tidak menimbulkan dehidrasi," katanya.

Membuat Kecanduan

Sebenarnya minum kopi setiap hari tidak serta-merta membuat seseorang kecanduan. Kecanduan terjadi bila kafein yang masuk ke tubuh dalam jumlah besar. yakni lebih dari 600 miligram setiap hari. Kopi tidak mengakibatkan kecanduan bila diminum kurang dari 300 miligram dan diminum sebelum pukul 16.00. Seseorang kecanduan kopi, bila ditemukan gejala withdrawal dalam 24 jam setelah minum kopi selama seminggu, berupa sakit kepala, kelelahan dan nyeri otot.

Selain kecanduan, hal yang dikhawatirkan dari minum kopi adalah osteoporosis. Sebenarnya, kafein tidak menimbulkan osteoporosis bila orang yang minum kopi juga minum segelas susu setiap hari. Karena kafein melepas kalsium melalui urine dalam jumlah kecil. Satu cangkir kopi melepaskan 2 sampai 3 miligram kalsium.

Endang menyebut, pada pemakaian kafein sekitar 100 miligram sampai 400 miligram tidak terbukti mengakibatkan gangguan pembentukan tulang pada remaja hingga orang dewasa. Kafein tidak mempengaruhi massa tulang bila massa tulang seseorang dalam kondisi baik. Kafein juga tidak mengakibatkan osteoporosis pada orang usia lanjut, dan tidak ada hubungan antara kafein dengan kejadian patah tulang pada orang dewasa.

"Kafein juga tidak menyebabkan gangguan pembentukan janin manusia. Gangguan pembentukan janin itu terjadi pada tikus. Kalau dosis kafein yang menyebabkan gangguan pembentukan pada tikus dikalkulasi pada manusia, maka dosis yang menimbulkan gangguan itu setara dengan 70 cangkir sehari," tuturnya.

Namun konsumsi kafein lebih dari 600 miligram/hari berdampak pada penundaan kehamilan selama setahun. Kalau dosis 300 miligram, tidak akan mempengaruhi kehamilan. Untuk mencegah dampak buruk dari kafein, dianjurkan mengonsumsi kafein maksimal 300 miligram sehari. Satu cangkir kopi mengandung 80 miligram kafein. Jadi bagi Anda penggemar kopi bisa memperkirakan berapa cangkir kopi yang aman diminum dan waktu minum kopi sebaiknya tidak di atas pukul 16.00.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar