* Pernahkah Kau jatuh saat ingin mengejar sesuatu di depanmu?
* Pernahkah Kau gagal saat mencoba sesutu hal yang orang lain anggap hal itu mudah?
* Dan pernahkah Kau merasa terkucilkan disaat semua orang tak menghiraukan keadaanmu?
Dan apa yang Kau lakukan setelah itu? menyerah?atau bangkit kembali dari hal tersebut?
* Saat Kau ingin mengejar sesuatu yang ada di depanmu baik itu abstrak maupun nyata, TERUSLAH KEJAR! Kalaupun ada batu yang banyak dan membuat kau terjatuh tetaplah berjuang untuk terus berlari ke depan.
* Saat kau gagal mencoba sesuatu hal yang orang lain mengganggapnya hal tersebut mudah
TETAPLAH MENCOBA! Kalaupun ada hinaan dan cacian karena kau tidak bisa melakukannya tetaplah berusaha hingga kau berhasil menciptakan apa yang kau coba
* Saat kau merasa terkucilkan disaat semua orang tak menghiraukanmu BERPIKIRLAH POSITIF! Kalaupun banyak orang yang mengecewakanmu dan membuatmu terluka tetaplah tersenyum hingga semua orang menyadari bahwa kau begitu berarti bagi mereka
Kenapa kita harus lakukan semua itu???Penting kah???
* Batu yang menjatuhkanmu saat mengejar sesuatu mengajarkan kita bahwa kita perlu teliti dalam melangkah dan belajar dari kesalahan kita saat kita terjatuh.
* Gagal saat mencoba sesuatu merupakan hal yang mengajarkan kita untuk pantang menyerah dan menunjukkan kita bahwa kita itu bukannya bodoh melainkan kita menemukan hal penghambat yang orang lain tidak temukan sebagai pembelajaran bagi kita untuk bisa mengatasi kendakla saat mencobanya kembali
* Merasa terkucilakan mungkin merupakan kesalahan dari kita berpandangan terhadap orang lain dan perasaan seperti ini mengajarkan kita untuk berpikir positif bahwa orang2 disekitar kita tetap peduli terhadap kita mungkin cara mereka untuk perduli kurang kita pahami untuk itu disinilah kita perlu belajar mempelajari karakter orang lain
Semua hal yang membuat kita putus asa sebenarnya menyimpan pembelajaran yang sangat berharga bagi kita. Bukan lagi saatnya kita menyerah saat keputusasaan menyerang kehidupan kita, namun di saat itulah kita harus bangkit untuk berusaha menyelesaikan itu semua karena semua itu hanya kita yang dapat menyelesaikannya dengan baik. Dan lihatlah sisi baik dari setiap masalah yang ada jangan selalu melihat sisi jelek dari suatu masalah, karena tiap sisi menimbulkan efek yang berbeda.
Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.
Rabu, 22 September 2010
Minggu, 19 September 2010
**Ya Allah, MATAKU**
Tertitik air mataku
Tertuang semua kesedihanku
Mataku kini jadi aib bagiku
Aku berkelana dalam gelapku
Terkuras semua yang ada dalam batin
Mataku kini jadi penghalang bagiku
Menuju jalan terang yang terdandan
Tangis dan tangisku
Ya Allah mataku ini
Tak pantas berhias seperti ini
Aku sangat ingin berhindar darinya
Karena mataku menjadi budak para durjana
Ya Allah, mataku menjadi jendela nerakaku
Aku ingin tusuk dnegan belati tajam sehingga butaku
Aku terdiam dalam kamar sepiku
Ketika nabimu berkata tak layak syurgamu
Takpantas ku melihat syurgamu
Tatkala diri kembali menyepi
Aku melihat masa lalu datang menghampiri
Melihat semua episode yang kembali terulang
Menjadikan semua kembali tergiang
Ya Allah..
Tutuplah mata ini
Butakan mata ini dari panasnya nar mu
Gelapkan mata ini
Dari semua ketiadaanku
Aku ingin menikmati indahnya iman
Mencicipi manisnya iman
Dalam hatiku yang kini kembali membeku
Jagalah mataku
Biarkan dia menangis karenaMU
Biarkan dia gelap dari laranganMU
Akar nestapa yang menghilang semu
Agar tertutup mataku dalam syurgamu
*Kala Diri Kembali Merenungi Penciptaan*
“ada tiga kelompok manusia yang mata mereka tidak akan melihat api neraka yaitu orang-orang yang matanya terjaga dijalan Allah, orang yang matanya menangis karena takut kepada Allah dan orang yang matanya tidak mau melihat hal-hal yang diharamkan Allah.”(HR. Tabrani)
Tertuang semua kesedihanku
Mataku kini jadi aib bagiku
Aku berkelana dalam gelapku
Terkuras semua yang ada dalam batin
Mataku kini jadi penghalang bagiku
Menuju jalan terang yang terdandan
Tangis dan tangisku
Ya Allah mataku ini
Tak pantas berhias seperti ini
Aku sangat ingin berhindar darinya
Karena mataku menjadi budak para durjana
Ya Allah, mataku menjadi jendela nerakaku
Aku ingin tusuk dnegan belati tajam sehingga butaku
Aku terdiam dalam kamar sepiku
Ketika nabimu berkata tak layak syurgamu
Takpantas ku melihat syurgamu
Tatkala diri kembali menyepi
Aku melihat masa lalu datang menghampiri
Melihat semua episode yang kembali terulang
Menjadikan semua kembali tergiang
Ya Allah..
Tutuplah mata ini
Butakan mata ini dari panasnya nar mu
Gelapkan mata ini
Dari semua ketiadaanku
Aku ingin menikmati indahnya iman
Mencicipi manisnya iman
Dalam hatiku yang kini kembali membeku
Jagalah mataku
Biarkan dia menangis karenaMU
Biarkan dia gelap dari laranganMU
Akar nestapa yang menghilang semu
Agar tertutup mataku dalam syurgamu
*Kala Diri Kembali Merenungi Penciptaan*
“ada tiga kelompok manusia yang mata mereka tidak akan melihat api neraka yaitu orang-orang yang matanya terjaga dijalan Allah, orang yang matanya menangis karena takut kepada Allah dan orang yang matanya tidak mau melihat hal-hal yang diharamkan Allah.”(HR. Tabrani)
Sabtu, 18 September 2010
ISLAM DAN ARAB
Ajaran Islam adalah sebuah system yang terdiri dari aspek aqidah, syariah dan akhlak. Ketiganya tidak dapat dipisahkan, karena merupakan sesuatu kesatuan yang saling terkait. Semua aspek tersebut bersumber pada al-Qur’an, al-Hadist dan al_Ijtihad.
Para ulama telah merumuskan berbagai macam ilmu keislaman, seperti ilmu kalam (akidah, tauhid, teologi) dengan berbagai macam aliran yaitu Muktazilah, Syariah, Jabaniyah, Qodariyah, Ahlu sunnah waljamaah. Demikian pula pada aspek syariah, para ulama fikih membuat aliran dalam madzhabnya(Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hambali, dan lain-lain).
Semua istilah yang dipakai dalam berbagai ilmu keislaman tersebut menggunakan istilah bahasa Arab. Dengan itu Islam dan Arab tidak bisa dipisahkan, sekalipun Islam itu bukan Arab. Hal ini sama dengan status Muhammad bin Abdullah, di satu sisi beliau adalah nabi dan rasulullah, di sisi lain beliau adalah warga Arab yang lahir dan hidup 14 abad yang silam. Kasus ini seperti dua sisi mata logam, tidak bisa dipisahkan tapi bisa dibedakan.
Berdasarkan rumusan bahwa semua makhluk di alam jagat raya ini adalah ciptaan al- Khaliq(Allah SWT), demikian pula semua hasil cipta, rasa dan karsa umat manusia disebut kebudayan. Kebudayaan yang tertinggi dinamakan peradaban, peradaban itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Nabi Muhammad sebagai rasulullah telah menciptakan banyak hal dalam masalah akidah, syariah dan akhlak. Dengan itu, beliau disebut tokoh utama kebudaaan Islam yang sekaligus perintis dan pendiri peradaban kaum muslimin.
Kemudian sejarah mencatat bahwah kemajuan IPTEK di Barat pada awalnya di pengaruhi kebudayaan Islam. Dengan itu masyarakat Barat merasa berhutang budi terhadap umat Islam.
Para ulama telah merumuskan berbagai macam ilmu keislaman, seperti ilmu kalam (akidah, tauhid, teologi) dengan berbagai macam aliran yaitu Muktazilah, Syariah, Jabaniyah, Qodariyah, Ahlu sunnah waljamaah. Demikian pula pada aspek syariah, para ulama fikih membuat aliran dalam madzhabnya(Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hambali, dan lain-lain).
Semua istilah yang dipakai dalam berbagai ilmu keislaman tersebut menggunakan istilah bahasa Arab. Dengan itu Islam dan Arab tidak bisa dipisahkan, sekalipun Islam itu bukan Arab. Hal ini sama dengan status Muhammad bin Abdullah, di satu sisi beliau adalah nabi dan rasulullah, di sisi lain beliau adalah warga Arab yang lahir dan hidup 14 abad yang silam. Kasus ini seperti dua sisi mata logam, tidak bisa dipisahkan tapi bisa dibedakan.
Berdasarkan rumusan bahwa semua makhluk di alam jagat raya ini adalah ciptaan al- Khaliq(Allah SWT), demikian pula semua hasil cipta, rasa dan karsa umat manusia disebut kebudayan. Kebudayaan yang tertinggi dinamakan peradaban, peradaban itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Nabi Muhammad sebagai rasulullah telah menciptakan banyak hal dalam masalah akidah, syariah dan akhlak. Dengan itu, beliau disebut tokoh utama kebudaaan Islam yang sekaligus perintis dan pendiri peradaban kaum muslimin.
Kemudian sejarah mencatat bahwah kemajuan IPTEK di Barat pada awalnya di pengaruhi kebudayaan Islam. Dengan itu masyarakat Barat merasa berhutang budi terhadap umat Islam.
Selasa, 07 September 2010
Arti Minal ‘Aidin wal Faizin bukan Mohon Maaf Lahir Batin
Ucapan ini: Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin, merupakan ucapan yang biasa disampaikan dan diterima oleh kaum muslimin di hari lebaran baik melalui lisan ataupun kartu ucapan idul fitri. Ada dua kalimat yang diambil dari bahasa arab di sana, yaitu kalimat ke dua dan tiga. Apakah arti kedua kalimat itu? Dari mana asal-usulnya? Sebagian orang kadang cukup mengucapkan minal ‘aidin wal faizin dengan bermaksud meminta maaf. Benarkah dua kalimat yang terakhir memiliki makna yang sama?
Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian. Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Jadi kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.
Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin (Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin. Kalau dalam tulisan bahasa arab: من العاءدين و الفاءيزين )
Yang pertama sebenarnya sama akar katanya dengan ‘Id pada Idul Fitri. ‘Id itu artinya kembali, maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan yang datang setiap tahun. Sementara Al Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “hari raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang yang kembali. (Ada juga yang menghubungkan al Fitr dengan Fitrah atau kesucian, asal kejadian)
Faizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang. Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata min dalam minal menunjukkan bagian dari sesuatu.
Sebenarnya ada potongan kalimat yang semestinya ditambahkan di depan kalimat ini, yaitu ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kita). Jadi selengkapnya kalimat minal ‘aidin wal faizin bermakna (semoga Allah menjadikan kita) bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah). Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir batin, ia tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.
Wallahu a’lam.
Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian. Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Jadi kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.
Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin (Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin. Kalau dalam tulisan bahasa arab: من العاءدين و الفاءيزين )
Yang pertama sebenarnya sama akar katanya dengan ‘Id pada Idul Fitri. ‘Id itu artinya kembali, maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan yang datang setiap tahun. Sementara Al Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “hari raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang yang kembali. (Ada juga yang menghubungkan al Fitr dengan Fitrah atau kesucian, asal kejadian)
Faizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang. Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata min dalam minal menunjukkan bagian dari sesuatu.
Sebenarnya ada potongan kalimat yang semestinya ditambahkan di depan kalimat ini, yaitu ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kita). Jadi selengkapnya kalimat minal ‘aidin wal faizin bermakna (semoga Allah menjadikan kita) bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah). Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir batin, ia tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.
Wallahu a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)