Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.
Powered By Blogger

Minggu, 03 Mei 2009

Psikologi dalam Paradigma Islam

PSIKOLOGI DALAM PARADIGMA ISLAM
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Istilah kepribadian (personality) memiliki banyak arti, ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Di antara para psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi “kepribadian”, sehingga banyaknya definisi kepribadian sebanyak ahli yang mencoba merumuskannya.
Dalam suatu study comperatif Psikologi Barat terbatasnya pengetahuan para teoritikus kepribadian Barat tentang struktur internal manusia telah melahirkan banyak mazhab kepribadian dan Setiap penggagas kepribadian mengajukan asumsi-asumsi dasar tertentu tentang manusia, yang kemudian hipotesis-hipotesis tersebut mempengaruhi konstruksi dan isi dari teori kepribadian yang disusunnya.. Kerangka keilmiahan telah membatasi mereka dalam proses analisis dan sintesis konsepsi kepribadian manusia seutuhnya.Maka dari itu, banyak bermunculan para ahli psikologi islam dalam melakukan terobosan tentang konsep kepribadian manusia seutuhnya.
B.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas dalam mata perkuliahan tentang Psikologi, dan juga untuk mengembangkan psikologi bernuansa islam serta menambah pengetahuan. Selain itu, juga ada tujuan yang sangat mendasar dari terjadinya penulisan yaitu tentang peranan para tokoh islam dalam dunia psikologi yang berjudul Psikologi dalam paradigma islam.

C.Rumusan Masalah
Seiring dengan keterbatasan waktu pikiran dan tenaga, maka kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan tentang:
1.Bagaiman pandangan Al-qur’an dalam psikologi?
2.Bagaiman pandangan para tokoh islam dalam psikologi?



BAB II
PEMBAHASAN

A.Psikologi dalam Persepktif Islam
Allah SWT membekali manusia dan hewan dengan segalah kemamampuan dan tugas-tugas penting dalam kehidupan.Disamping beberapa motivasi dan emosi. Allah juga memberikan perangkat yang dapat mengungkap alam internal dan eksternal serta beberapa kejadian didalamnya. Dengan kata lain, Persepsi mempunyai perana penting dalam kehidupan.
Persepsi merupakan perangkat yang dapat digunakan oleh seluruh makhluk. Namun, Allah SWT memberikan alat persepsi lain yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya yakni,berupa akal.Dengan akal,manusia dapat berpikir tentang makna-makna yang tersirat(seperti kebaikan dengan keburukan,keistimewaan dengan kekurangan,serta kebenaran dengan kebatilan),memberikan hukum dari paradigma umum yang dilakukan melalui riset dan eksperimen,serta membuktikan keberadaan dan kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta melalui kesimpulan yang ditariknya dari penciptaan-Nya terhadap alam semesta dan manusia.1
1.Ciri-ciri Manusia dalam Pandangan Al-Qur’an
Bisa dikatakan benar ketika membicarakan manusia itu sesuatu yang sulit, karena banyaknya persoalan yang terkandung dalam diri manusia itu ,sulit untuk didekati secara menyeluruh. Menurut Bastaman sebagaimana dikutip oleh Jamaludin Ancok, wawasan islam mengenai manusia banyak sekali sumbernya khususnya dalam al-Quran yang diriwayatkan dengan kisah-kisah Adam AS.Dari sana dapatlah diketahui bahwa manusia itu memiliki potensi-potensi yang meliputi:
a.Manusia sebagai khalifah sehingga mempunyai derajat yang sangat tinggi.
b.Manusia tidak mengandung dosa asal.
c.Manusia merupakan kesatun dari empat dimensi yakni, fisik-biologis, mental-psiks, sosio kultural dan spiritual.
d.Dimensi spiritual (rohani,roh-Ku)memungkinkan manusia mengadakan hubungan dengan mengenal tuhan melalui cara-cara yang diajarkan-Nya.
e.Manusia memiliki kebebasan berkehendak yang memungkinkan manusia untuk secara sadar mengarahkan dirinya kepada kebaikan atau kebatilan.
f.Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akal itu dapat membedakan benar dan salah.
g.Manusia tidak dibenarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjuk-Nya.

Selain potensi-potensi diatas, adapula pebedaan manusia dengan makhluk yang lain, yaitu:
a.Manusia memiliki raga dengan bentuk sebaik-baiknya,dengan rupa dan bentu sebaik-baiknya ini diharapkan manusia menjadi bersyukur kepada Allah SWT.
b.Al-qur,’an secara tegas menyatakan bahwa kehidupan mansia itu tergantung pada wujud ruh dan badan.
c.Akal dalam pengertian islam bukan otak melainkan daya berpikir yang terdapat pada jiwa manusia.dan dalam islam akal mempunyai tiga unsur yakni, pikiran, perasaan, dan kemauan.
d.Nafs atau nafsu seringkali dikaitkan dengan gejolak atau dorongan yang terdapat pada diri manusia. Apabila dorongan itu berkuasa dan tak dapat mengendalikannya maka
manusia akan tersesat
2. Istilah Manusia dalam Al-Qur’an
Dalam al-qur’an terdapat empat istilah yang digunakan untuk menunjukkan makna manusia:
a.Insan
Kata “insan” berasal dari kata “uns” yang artinya jinak, tak liar, senang hati, terlihat atau tak abstrak. seperti di dalam keterangan al-qur’an yang terdapat pada surat At-Tin 95;4, Az- Dzariyat 51;56, dan Al-A’raf 7;28.
b.Basyar
Basyar yang berarti kulit luar,seperti dalam firmannya dalam surat Ali Imran 3;79.
c.Bani Adam
Bani adam berarti anak nabi adam,seperti dalam firnan allah dalam surat Al-Araf 7;27.
d.Dzuriyat Adam
Dzuriyat adam Yang berarti keturunan adam, seperti dalam surat Maryam 19;58.
Menurut achmad mubarak desains kejiwaan manusia diciptakan tuhan dengan sangat sempurna, berisi tentang kapasitas-kapasitas kejiwaan seperti berfikir, merasa, dan berkehendak. Jiwa merupakan system yang terdiri dari substansi aql, qolb, bashirat, syahwat, dan hawa.Aql merupakan problem solving kapacity yang artinya dapat membedakan antara benar dan salah.Basyirat adalah pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bashirat Disebut juga nurari. Syahwat adalah motif pada tingkah laku, dan Syahwat itu sesuatu yang manusiawi dan netral. Hawa adalah dorongan kepada obyek yang rendah dan tercelah. Karakteristik hawa adalah ingin segerah menikmati apa yang diinginkan tanpa memedulikan nilai-nilai moralitas.2 Qolb (hati, akal budi, hati nurani), inilah yang memimpin kerja jiwa manusia. Ia bisa memahami realita, ketika akal mengalami kesulitan.Dan terdapat istilah Qolb dalam Surat An-nahl 16; 78, Al-mu’minuun23; 78 yang berbunyi:
Dan Allah mengeluarkan kamu dariperut ibumu dalam keadaa tidak mengetahui sesuatu pun,dan Dia memberi kamu pendengaran,penglihatan, dan hati agar kamubersyukur.( An-nahl 16; 78)
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan, dan hati.Amat sedikitkah engkau bersyukur.( Al-mu’minuun23;78).3

3.Struktur Insan Dalam Pandangan Qur’aniyah
Peta kejiwaan dan mekanisme interaksi antar modus-modus jiwa, dalam kerangka psikologi yang dibangun secara ilmiah, tampak tidak jelas dan banyak menyisakan lubang-lubang di sana sini. Dalam literatur barat sendiri penggunaan istilah-istilah seperti soul, spirit, heart, mind, dan intellect sering campur aduk ketika mengidentifikasi persoalan-persoalan yang bersentuhan dengan konsepsi kejiwaan.
Istilah psycho sendiri yang dipakai dalam konstruk kata psikologi (psychology) berasal dari kata Yunani psyché (Ynch) yang artinya “nafas kehidupan”, dalam mitologi Yunani digambarkan sebagai kupu-kupu. Dalam hal ini, kupu-kupu merupakan perlambang jiwa yang bebas terbang setelah menempa diri dengan “puasa”, keluar dari bungkus kepompongnya. Dua sayap kupu-kupu yang membawa dirinya terbang meninggalkan “bumi” melambangkan dua akal, akal jiwa dan akal raga; dua akal tersebut eksis secara potensial di dalam tubuhnya saat ia sebagai “ulat”, persoalan yang sama dalam representasi yang berbeda bisa dikaji dalam “Alegori Gua” Plato (428-347 SM).
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Istilah ‘Ilm al-Nafs banyak dipakai dalam literatur Psikologi Islam. Bahkan Sukanto Mulyomartono lebih khusus menyebutnya dengan “Nafsiologi”4Penggunaan istilah ini disebabakan objek kajian psikologi Islam adalah al-nafs, yaitu aspek psikopisik pada diri manusia. Term al-nafs tidak dapat disamakan dengan term soul atau psyche dalam psikologi kontemporer Barat, sebab al-nafs merupakan gabungan antara substansi jasmani dan substansi ruhani, sedangkan soul atau psyche hanya berkaitan dengan aspek psikis manusia. Menurut kelompok ini, penggunaan term al-nafs dalam tataran ilmiah tidak bertentangan dengan doktrin ajaran Islam, sebab tidak ada satupun nash yang melarang untuk membahasnya. Tentunya hal itu berbeda dengan penggunaan istilah al-ruh yang secara jelas dilarang mempertanyakannya. (Q.S.al-Isra`ayat85).
Dalam konsepsi pramodern, manusia dibagi atas tiga entitas, corpus, animus, dan spiritus. Animus berasal dari bahasa Yunani anemos yang bermakna sesuatu yang hidup (bernafas) yang ditiupkan ke dalam corpus (wadah atau bungkus). Maka corpus adalah body (raga/jasad); dan spiritus adalah spirit (ruh); dan animus identik dengan psyche yang bermakna soul (jiwa/nafs). Dewasa ini istilah jiwa yang dipakai dalam psikologi telah mengalami penyempitan makna. Jiwa dalam terminologi psikologi modern lebih ke aspek psikis, dimana aspek psikis ini lebih merupakan riak gelombang permukaan di atas lautan dalam yang disebut jiwa. Fungsi ruh terhadap jiwa dan fungsi ruh terhadap jasad
Dalam terminologi Qur’aniyah, struktur manusia dirancang sesuai dengan tujuan penciptaan itu sendiri, dimana jiwa (soul) yang dalam istilah Al-Quran disebut nafs menjadi target pendidikan Ilahi. Istilah nafs didalam Islam sering dikacaukan dengan apa yang dalam bahasa Indonesia disebut hawa nafsu, padahal istilah hawa dalam konteks Qur’ani memiliki wujud dan hakekat tersendiri. Aspek hawa dalam diri manusia berpasangan dengan apa yang disebut sebagai syahwat. Sedangkan apa yang dimaksud dengan an-nafs amara bissu’ dalam surat (Yusuf [12]: 53) adalah nafs (jiwa) yang belum dirahmati Allah SWT:
“Dan aku tidak membebaskan nafsku, sesungguhnya nafs itu cenderung mengarah kepada kejahatan, kecuali yang dirahmati oleh Rabb-ku.”
Hawa merupakan kecenderungan kepada yang lebih bersifat non-material, yang berkaitan dengan eksistensi dan harga diri, persoalan-persoalan yang wujudnya lebih abstrak. Hawa merupakan entitas, produk persentuhan antara nafs dan jasad. Sedangkan syahwat merupakan kecenderungan manusia pada aspek-aspek material (AliImran [3]: 14), dan ini bersumber pada jasad insan yang wujudnya memang disusun berdasarkan unsur-unsur material bumi (air, tanah, udara, api).
Nafs manusia diuji bolak-balik di antara dua kutub, kutub jasmaniah yang berpusat di jasad dan kutub ruhaniyah yang berpusat di Ruh al-Quds. Ar-Ruh ini beserta tiupan dayanya (nafakh ruh) merupakan wujud yang nisbatnya ke Martabat Ilahi dan mengikuti hukum-hukum alam Jabarut. Aspek ruh ini (jamak arwah) tetap suci dan tidak tersentuh oleh kelemahan-kelemahan material dan dosa, spektrum ruh merupakan sumber dari segala yang maujud di alam syahadah ini—maka tak ada istilah tazkiyyatur-ruhiyyah atau mi’raj ruhani.5

B.Pandangan para pemikir islam dalam psikologi.
Mempelajari ilmu psikologi tentu belum terasa lengkap tanpa mengenal para tokoh yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi islam yang digunakan saat ini. Selain itu demi memenuhi banyak permintaan dari para pembaca, maka kami mencoba untuk menguraikan riwayat singkat para tokoh psikologi islam dan hasil karya mereka.
1.Al-Kindi
Al-Kindi (يعقوب بن اسحاق الكندي) (lahir: 801 - wafat: 873), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam.Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan, dari Irak. Ia berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun 873.
Menurut pandangan al-kindi tentang psikologi bahwa sesungguhnya jiwa adalah abadi yang substansinya sama dengan allah. Ketika lepas dari jasad , ia akan mengetahui dari segalah hal sebagaimana allah mengetahui ,atau lebih rendah dari pada itu. Jiwa merupakan emanasi cahaya allah yang Maha agung dan Tinggi.6
Pendapat al-kindi lebih dekat dengan pemikiran plato dari pada aristoteles.namun, al-kindi menyetujui plato plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal dari alam ide.al-kindi berpendapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya yakni,daya bernafsu,dayah pemarah, daya berpikir.7
2.Al-Farabi
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950, Bahasa Persia: محمد فارابی ) atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf Islam yang menjadi salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Farab, Kazakhstan. Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke Alepo (Halib), Suriah untuk mengabdi kepada sang raja di sana. Al-Farabi dikenal sebagai "guru kedua" setelah Aristoteles. Dia adalah filosof islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama).
Pada pandangan psikologinya al-Farabi,beliau menganggap ruh al-qudus akal aktif bukan malaikat jibril sebgaimana diyakini para musafir.kosmos adalah hanya emanasi cahaya tuhan sehingga semua materi hakekatnya tidak ada, yang ada adalah substansi yakni, akal.emanasi bermaknah curahan dari tuhan sebagai wujud pasti,sebagai prinsip awal sehingga kosmos adalah pancaran tuhan.allah adalah aqal pertama,kemudian memancar berurutan menjadi sepuluh tingkat akal.akal aktif adalah akal yang membimbing manusia pada sesuatu sehingga manusia dapat berpikir. Tanpa akal aktif mustahil manusia dapat bepikir.

3.Al-Ghazali
Al-Ghazali dalam (Kitab Ajaaibul Qulub) dijelas membedakan istilah-istilah seperti qalb (rasa jiwa, bukan rasa jasadiah/psikis), nafs, ruh, dan ‘aql; dimana istilah-istilah ini dalam konsepsi psikologi modern tak terpetakan dengan tegas karena berada pada tataran jiwa yang bersifat malakut, atau secara psikologi analitik berada di ruang ketaksadaran.
Prinsipnya, apa yang disebut sebagai manusia sempurna (insan kamil) dalam terminologi Al-Qur’an, minimal manusia yang sudah memiliki struktur seperti tercantum dalam An-Nur [24]: 35, seorang Insan Ilahi. Manusia dikatakan sebagai khalifatullah (wakil Allah) di bumi jika ia telah mencapai state tersebut, ia membawa kuasa Allah dan bercitra Ar-Rahman. 8





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas maka disimpulkan bahwa psikologi Al Quran memenuhi persyratan ilmiah karena psikologi al Qur’an memiliki dasar teori/ hipotesis , metodelogi , kesimpulan /out put dan terakhir manfaat.Dari sudut Al Quran memandang manusia sebagai yang membawa misi keilhaian/wakil Tuhan dan juga memiliki potensi yang hakiki yakni spiritual.kesimpulan terkahir bahwa psikologi Al Quran adalah sebuah metode keilmuan yang tentunyanya sah-sah saja untuk terus-meterus dijadikan kajian.

Saran
Bilamana kesimpulan diatas sementara disepakati dan untuk mempertegas dan mendetailkan keilmiahannya maka perlu mendapat kajian dari akademisi, sehingga diharapkan masa mendatang dapat dijadikan mata kuliah tersendiri dan tentunya sebagi alternatif bilamana alira-aliran psikologi barat sendiri yang diajarkan untuk seluruh Perguruan tinggi di Indonesia masih menjadi perdebatan nilai–nilai fitriati kemanusiaannya












DAFTAR PUSTAKA

Ustman Najati,Muhammad.2006.Ilmu Jiwa dalam Al-qur’an. Jakarta: Pustaka azzam.
Purwanto,Yadi.2007.Epistemologi Psikologi Islam. Bandung: PT.Refika Aditama.
Muchsin,Effendi dan Faizah.2006.Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Www.Gusi...@yahoo.com
Aziz Ahyadi, Abdul. 1995.Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar