Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.
Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label psikologi kepribadian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label psikologi kepribadian. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 Maret 2010

Makalah Teori Kepribadian

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai kepribadian baik, khususnya seorang pendidik. Seorang pendidik harus memiliki kepribadiannya yang baik, baik dalam hal berbicara, berpakaian dan sebagainya.
Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pendidik yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
Selain itu teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas pertanyaan-pertanyaan sekitar “apa”, ”bagaimana”, dan ”mengapa” tentang tingkah laku manusia.
Maka dari pada itu, penulis akan membahas lebih jauh tentang pengenalan teori-teori kepribadian.

1.1. Rumusan Masalah
Adapun yang melatar belakangi masalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian ?
2. Sebutkan teori-teori kepribadian ?
3. Sebutkan fungsi teori kepribadian?
4. Apa yang mempengaruhi pembentukan kepribadian mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut serta membentuk kepribadian ?
5. Sebutkan tipe-tipe kepribadian ?
6. Apa saja faktor-faktor pembentuk kepribadian ?

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kepribadian;
2. Untuk mengetahui teori-teori kepribadian;
3. Untuk mengetahui fungsi teori kepribadian;
4. Untuk mengetahui pembentukan kepribadian mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut serta membentuk kepribadian;
5. Untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian; dan
6. Untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk kepribadian.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepribadian
Berikut ini pengertian kepribadiaan menurut beberapa tokoh :
 Kelly (dalam Koeswara, 1991) kepribadian diartikan sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
 Wheeler (dalam Patty, 1982) kepribadian adalah pola khusus atau keseimbangan daripada reaksi-reaksi yang teratur yang menampakkan sifat khusus individu diantara individu-individu yang lain.
 Sigmund Freud sang pendiri aliran Psikoanalisa (dalam Koeswara, 1991) memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id (dorongan, atau nafsu), Ego (diri) dan superego (nilai yang diintroyeksikan melalui pendidikan). Menurutnya tingkah laku, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
Kepribadian merupakan ciri khusus yang terdapat pada seseorang sehingga orang tersebut memiliki kelebihan dimata orang lain dan merupakan proses pendewasaan.
2.2 Teori-Teori Kepribadian
• Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego. Ide bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik antara id (yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks. Bagi Erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego, menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada teori Freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial dari pada dorongan seksual.

• Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat- sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi. Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula memiliki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup. Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom.
Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang disebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat- sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

• Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut. Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Pengekangan fisik (psycal restraints) Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik. Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang telah menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.
2) Bantuan fisik (physical aids) Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions), Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.
4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions) Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stress.
5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses) Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement) Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.
7) Menghukum diri sendiri (self punishment) Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat.

• Teori Psikologi Kognitif Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku. Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.

2.3 Fungsi Teori Kepribadian
Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan prediktif, begitu juga teori kepribdian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori kepribadian.
1. Fungsi Deskriptif
Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana seputar perilaku manusia dijawab melalui fungsi deskriptif.
2. Fungsi Prediktif
Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki fungsi prediktif.

2.4 Pembentukan Kepribadian Mengenai Pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk Kepribadian
Kita dapat membedakannya dalam dua golongan :
1) Pengalaman yang umum
Yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup.
Hal ini disebabkan karena:
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi pada dirinya sendiri.

2) Pengalaman yang khusus
Yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat. Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri. Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan- gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.

2.5 Tipe Kepribadian
Menurut Mahmud (1990) kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
(a) Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat dan dingin.
(b) Bebas, cerdas, dapat dipercaya dan bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
(c) Emosi stabil, realistis, gigih dan emosi mudah berubah, suka menghindar evasive, neurotik.
(d) Dominat, menonjolkan diri dan suka mengalah, menyerah.
(e) Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara dan mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
(f) Sensitif, simpatik, lembut hati dan keras hati, kaku, tidak emosional.
(g) Berbudaya, estetik dan kasar, tidak berbudaya.
(h) Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab dan emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
(i) Petualang, bebas, baik hati dan hati-hati, pendiam, menarik diri.
(j) Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat dan pelamun, lamban, malas, mudah lelah. tenang, toleran dan tidak tenang, mudah tersinggung.
(k) Ramah, dapat dipercaya dan curiga, bermusuhan.
2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian diantaranya :
• Faktor dasar atau Faktor Bawaan
Ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat ketubuhan. Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, pantasi, ingatan, dan sebgainya yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan pribadi seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula. Panjang pendeknya leher, besar kecilnya tengkorak, susunan urat syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang, juga mempengaruhi pribadi manusia.

• Faktor Luar dan Faktor Lingkungan
Ialah segala sesuatu yang dan diluar manusia. Baik yang hidup maupun yang mati. Baik tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, maupun batu-batu, gunung-gunung, candi, kali buku-buku, lukisan, gambar, angin, musim, keadaan udara, curah hujan, jenis makanan pokok, pekerjaan orang tua, hasil-hasil budaya yang bersifat materal maupun yang bersifat spiritual. Semuanya itu ikut serta membentuk pribadi seseorang yang berda didalam lingkungan itu. Ddengan demikian maka si pribadi itu dengan lingkungkungannya menjadi saling berpengaruh. Si pribadi dipengaruhi lingkungan dan li9ngkungan dirubah oleh si pribadi.
Berdasarkan faktor tersebut ada 3 aliran yang berbicara tentang pembentukkan kepribadian :
1) Aliran Nativisme
Aliran ini dipelopori oleh Schoupenhouer berpendapat bahwa faktor pembawaan lebih kuat dari pada faktor yang datang dari luar. Aliran ini disokong oleh aliran naturalisme yang ditokohi oleh J.J. Rousseau, yang berpendapat bahwa: Segala yang suci datang dari tangan Tuhan, rusak di tangan manusia. Anak manusia itu sejak lahir, ada didalam keadaan yang suci, tetapi karena didik oleh manusia, mqlah menjadi rusak. Ia bahkan kenal dengan segala macam kejahatan, penyelewengan, korupsi, mencuri, dan sebagainya.
Di dalam keadaan sehari-hari sering juga dapat kita lihat adanya orang-orang yang hidup dengan bakatnya, yang telah dibawa sejak lahir, yang memeng sukar sekali dihilangkan dengan pengaruh dengan apapun juga.

2) Aliran Empirisme
Aliran ini dipelopori oleh Jhon Locke, dengan teori tabula rasanya, berpendapat bahwa anak sejak lahir, masih bersih seperti tabula rasa, dan baru akan dapat berisi bila ia menerima sesuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu pengaruh dari luarlah lebih kuat dari pada pembawaan manusia.
Aliran ini di sokong oleh J.F. Herbart dengan teori Psikologi Asosiasinya, yang berpendapat bahwa jiwa manusia sejak dilahirkan itu masih kosong. Baru akan berisi sesuatu bila alat inderanya telah dapat menangkap sesuatu, yang kemudian diteruskan oleh urat syarafnya, masuk didalam kesadaran, yaitu jiwa. Didalam kesadaran ini hasil tangkapan itu tadi meninggalkan bekas. Bekas ini disebut tanggapan. Makin lama alat indera yang dapat menangkap rangsang dari luar ini makin banyak dan semuanya itu menggalkan tanggapan. Didalam kesadaran ini tanggapan ini saling tarik menarik dan tolak menolak. Yang bertarik menarik adalah tanggapan yang sejenis, sedangkan yang tolak-menolak adalah tanggapan yang tidak sejenis.
Didalam kehidupan sehari-hari juga dapat kita saksikan kebenaran aliran tersebut. Misalnya kita yang waktu kecil belum dapat apa-apa setelah bersekolah, kita dapat mengetahui apa yaang dikerjakan oleh guru kita. Kita dapat membaca, menggambar, berhitunhg, dan sebagainya itu merupakan pengaruh dari luar.

3) Aliran Konfergensi (teori perpaduan)
Aliran ini dipelopori oleh W. Stern, yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya salaing memberi pengaruh. Bakat yang ada pada anak, ada kemungkinan tidak akan berkembang kalu tidak dipengaruhi oleh segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Demikian pula pengaruh dari lingkungan juga tidak akan dapat berfaedah apabila tidak ada yang menanggapi di dalam jiwa manusia. Hasil perpaduan (aliran Nativisme dan empirisme) itu digambarkan oleh W. Stern sebagai garis diagonal dari suatu jajaran genjang. Tentang kekuatan yang manakah yang lebih menentukan, tentu saja bergantung kepada faktor manakah yang lebih kuat diantara kedua faktor teersebut. Misalnya seorang anak yang berbakat melukis, dia akan selalu menujukkan bakatnya disetiap saat. Demikian pula anak yang berbakat lainnya, sekalipun ia mendapatkan rintangan dari luar. Tetapi sebaliknya bila anak tersebut tidak berbakaat tekhnik, sekalipun diajarkan kepadanya pengetahuan tentang tekhnik sampai keperguruan tinggi sekalipun, ia tetap tidak akan tertarik. Ia hanya akan dapat melakukannya seperti apa yang dicontohkannya. Ia tidak tertarik dan tidak akan mendalaminya sehingga karena itu hasil kerjanyapun tidak akan memuaskan.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Kepribadian adalah ciri khusus yang terdapat pada seseorang sehingga orang tersebut memiliki kelebihan dimata orang lain dan merupakan proses pendewasaan.
Adapun teori-teori kepribadian diantaranya adalah: 1) Teori Kepribadian Psikoanalisis, dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah ide, ego, dan superego; 2) Teori-Teori Sifat (Trait Theories), Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat- sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu; dan 3) Teori Kepribadian Behaviorisme, menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut. 4) Teori Psikologi Kognitif Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku
Fungsi Teori Kepribadian diantaranya : 1) Fungsi Deskriptif, fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana seputar perilaku manusia dijawab melalui fungsi deskriptif.; 2) Fungsi Prediktif, teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki fungsi prediktif.
Pembentukan Kepribadian Mengenai Pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk Kepribadian, dapat membedakannya dalam dua golongan yaitu: 1) Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. 2) Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Tipe Kepribadian, menurut Mahmud (1990) kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
(a) Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat dan dingin.
(b) Bebas, cerdas, dapat dipercaya dan bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
(c) Emosi stabil, realistis, gigih dan emosi mudah berubah, suka menghindar evasive, neurotik.
(d) Dominat, menonjolkan diri dan suka mengalah, menyerah.
(e) Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara dan mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
(f) Sensitif, simpatik, lembut hati dan keras hati, kaku, tidak emosional.
(g) Berbudaya, estetik dan kasar, tidak berbudaya.
(h) Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab dan emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
(i) Petualang, bebas, baik hati dan hati-hati, pendiam, menarik diri.
(j) Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat dan pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
(k) tenang, toleran dan tidak tenang, mudah tersinggung.
(l) Ramah, dapat dipercaya dan curiga, bermusuhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian diantaranya: 1) Faktor dasar atau faktor bawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat ketubuhan; 2) Faktor Luar; atau faktor lingkungan ialah segala sesuatu yahg da diluar manusia. Baik yang hidup maupun yang mati. Baik tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, maupun batu-batu, gunung-gunung, candi, kali buku-buku, lukisan, gambar, angin, musim, keadaan udara, curah hujan, jenis makanan pokok, pekerjaan orang tua, hasil-hasil budaya yang bersifat materal maupun yang bersifat spiritual. Berdasarkan faktor tersebut ada 3 aliran yang berbicara tentang pembentukkan kepribadian, yaitu: (a) Aliran Nativisme, aliran ini dipelopori oleh Schoupenhouer berpendapat bahwa faktor pembawaan lebih kuat dari pada faktor yang datang dari luar; (b) Aliran Empirisme, aliran ini dipelopori oleh Jhon Locke, dengan teori tabula rasanya, berpendapat bahwa anak sejak lahir, masih bersih seperti tabula rasa, dan baru akan dapat berisi bila ia menerima sesuatu dari luar, lewat alat inderanya; (c) Aliran Konfergensi (teori perpaduan), aliran ini dipelopori oleh W. Stern, yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya salaing memberi pengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

• Sujianto, Agus, dkk. 19984. Psikologi Kepribadiaan. Surabaya : Bumi Aksara.
• Hall’ Calvin S., dkk. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)
• http:///D:/My%20Documents/sms%203/kepribadian%20guru/psikologi-kepribadian.html
• http:///D:/My%20Documents/sms%203/kepribadian%20guru/Sutisna%20Senjaya%20%C2%BB%20Blog%20Archive%20%C2%BB%20Konsep%20Belajar%20(2).html
• http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/29/teori-kepribadian

Selasa, 02 Maret 2010

HUBUNGAN BENTUK FISIK MANUSIA DENGAN TINGKAH LAKUNYA BERDASARKAN TEORI WILLIAM H. SHELDON

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks dan rumit. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dikaruniai akal fikiran yang membedakannya dengan makhluk Tuhan yang lain. Benda mati (anorganik) tidak mempunyai perilaku dan tunduk pada hukum alam, sebagai contohnya es akan mencair bila temperatur lingkungannya meningkat. Sedangkan makhluk hidup (organik) mempunyai perilaku yang bervariasi, yaitu dari yang sangat sederhana (tumbuhan), lebih baik (hewan) dan perilaku sempurna (manusia). Manusia memiliki daya pikir yang dinamis, terus berkembang sehingga manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan hidupnya.
Dari segi fisik manusia juga dikarunia bentuk fisik yang sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. “Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S. At-Tiin:4).
Perilaku manusia sebenarnya sangat beragam, tetapi mempunyai kesamaan secara umum. Para ahli psikologi konstitusional telah menyelidiki keterkaitan antara perilaku manusia dengan bentuk tubuhnya (jasmani). Salah satu diantara para ahli tersebut adalah William H. Sheldon. Untuk mempelajari teori William H. Sheldon seorang calon konselor membutuhkan pengetahuan tentang Ilmu alamiah karena teori Sheldon membahas bentuk fisik, organ dan manusia itu sendiri. Inilah salah satu alasan pentingnya mempelajari Ilmu Alamiah Dasar di bidang Bimbingan Konseling.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah bentuk fisik yang dimiliki oleh manusia?
b. Apakah yang dimaksud dengan perilaku?
c. Bagaimanakah hubungan bentuk fisik manusia dengan tingkah lakunya?
d. Apakah manfaat mempelajari keterkaitan bentuk fisik manusia dengan tingkah lakunya bagi bidang Bimbingan Konseling?

3. Tujuan
a. Mengetahui keadaan fisik manusia dibandingkan dengan makhluk lain
b. Mengetahui hakekat perilaku manusia
c. Mengetahui hubungan bentuk fisik manusia dengan tingkah lakunya
d. Mengetahui manfaat mempelajari hubungan bentuk fisik manusia dengan
perilakunya bagi Bimbingan Konseling


BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Adalah Makhluk yang Unik

1. Ciri Fisik Manusia
Manusia dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk saling membantu satu sama lain.
Manusia dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna. Dengan ada nya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari jempol (ibu jari).
Rata-rata tinggi badan perempuan dewasa (di Amerika) adalah 162 cm (64 inci) dan rata-rata berat 62 kg (137 pound). Pria umumnya lebih besar: 175 cm (69 inci) dan 78 kilogram (172 pound). Tentu saja angka tersebut hanya rata rata, bentuk fisik manusia sangat bervariasi, tergantung pada faktor tempat dan sejarah. Meskipun ukuran tubuh umumnya dipengaruhi faktor keturunan, faktor lingkungan dan kebudayaan, faktor lain juga dapat mempengaruhinya, seperti gizi makanan.
Anak manusia lahir setelah sembilan bulan dalam masa kandungan, dengan berat pada umumnya 3-4 kilogram (6-9 pound) dan 50-60 centimeter (20-24 inci) tingginya. Tak berdaya saat kelahiran, mereka terus bertumbuh selama beberapa tahun, umumnya mencapai kematangan seksual pada sekitar umur 12-15 tahun. Anak laki-laki masih akan terus tumbuh selama beberapa tahun setelah ini, biasanya pertumbuhan tersebut akan berhenti pada umur sekitar 18 tahun.

Warna kulit manusia bervariasi, dari hampir hitam hingga putih kemerahan. Secara umum, orang dengan nenek moyang yang berasal dari daerah yang terik mempunyai kulit lebih hitam dibandingkan dengan orang yang bernenek-moyang dari daerah yang hanya mendapat sedikit sinar matahari. Namun hal ini tentu saja bukan patokan mutlak, ada orang yang mempunyai nenek moyang yang berasal dari daerah terik dan kurang terik dan orang-orang tersebut dapat memiliki warna kulit berbeda dalam lingkup spektrumnya. Rata-rata wanita memiliki kulit yang sedikit lebih terang daripada pria.
Perkiraan panjang umur manusia pada kelahiran mendekati 80 tahun di negara-negara makmur, hal ini bisa tercapai berkat bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah orang yang berumur seratus tahun ke atas di dunia diperkirakan berjumlah sekitar 50.000 pada tahun 2003. Rentang hidup maksimal manusia diperhitungkan sekitar 120 tahun.
Sementara banyak spesies lain yang punah, Manusia dapat tetap eksis dan berkembang sampai sekarang. Keberhasilan mereka disebabkan oleh daya intelektualnya yang tinggi, tetapi mereka juga mempunyai kekurangan fisik. Manusia cenderung menderita obesitas lebih dari primata lainnya. Hal ini sebagian besar disebabkan karena manusia mampu memproduksi lemak tubuh lebih banyak daripada keluarga primata lain. Karena manusia merupakan bipedal semata (hanya wajar menggunakan dua kaki untuk berjalan), daerah pinggul dan tulang punggung juga cenderung menjadi rapuh, menyebabkan kesulitan dalam bergerak pada usia lanjut. Perempuan mengalami kesulitan melahirkan anak yang relatif. Sebelum abad ke-20, melahirkan merupakan siksaan berbahaya bagi beberapa wanita dan masih terjadi di beberapa lokasi terpencil saat ini.

2. Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
Secara umum makhluk hidup memiliki beberapa prinsip yang sama, antara lain daya gerak, naluri mempertahankan diri serta berkembang biak. Beberapa kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain diantaranya :
1. Manusia sebagai makhluk berfikir dan bijaksana (Homo Sapiens) yag dicerminkan dalam perilakunya terhadap lingkungan.
2. Manusia berinteraksi dengan lingkungan, artinya:
a. Manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya sehingga membutuhkan bantuan alat untuk kebutuhan hidupnya (Homo Faber), baik fisik maupun nalarnya
b. Manusia dapat bebicara (Homo Languens) baik secara lisan maupun tulisan sehingga dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkan maupun ditemukan pada komunitas ataupun generasi berikutnya.
c. Manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan bebudaya (homo humanis). Manusia bermasyarakat dengan tata tertib dan aturan yang diciptakan untuk kepentingan bersama dan saling menolong.
d. Manusia mengadakan usaha (homo economicus), mengadakan tukar menukar barang (barter) maupun jual beli dengan prinsip ekonomi dan sekaligus memenuhi kebutuhan materinya.
e. Manusia mempunyai kepercayaan dan agama (homo religious) karena menyadari adanya kekuatan ghaib yang lebih besar yang mengatur jagad raya.

B. Tingkah laku Manusia
Perilaku (tingkah laku) manusia adalah cara bagaimana manusia bertindak (action),
berfikir (think) dan merasa (feel). Menurut ilmu psikologi perilaku (behavior) merupakan sejumlah respon atau reaksi/gerakan-gerakan yang dilakukan oleh organisme dalam berbagai situasi. Aspek/komponen perilaku meliputi perilaku yang kasat mata (tindakan) dan tak kasat mata (berfikir dan merasa) serta perilaku yang disadari dan yang tidak disadari. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.

C. Hubungan Antara Perilaku Manusia dengan Bentuk Fisik (Jasmani)
Sudah sejak lama ada pendapat bahwa sifat-sifat jasmaniah adalah aspek-aspek pokok dari kepribadian. Kita sudah biasa mendengar orang berpendapat bahwa orang yang gemuk badannya itu peramah, lamban, bahwa orang jangkung itu pemalu, orang yang hitam setia dan sebagainya. Menurut William H. Sheldon konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap tak berubah-ubah meliputi morfologi, psikologi, fungsi kelenjar buntu dan sebagainya, dapat dilawankan dengan aspek-aspek yang relatif labil dan mudah bermodifikasi karena tekanan-tekanan lingkungan, seperti kebiasaan, sikap sosial, kegemaran. Dalam teori Sheldon bentuk fisik merupakan yang utama berpengaruh terhadap tingkah laku manusia dengan landasan bahwa faktor-faktor keturunan biologis sangat penting dalam menetukan perilaku.
Menurut Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis, yaitu morfogenotipe sangat penting dalam menetukan perkembangan jasmani yang nampak (fenotipe) dan dalam menentukan perkembangan perilaku. Morphogenotipe adalah proses perkembangan organ atau jaringan dan diferensiasi yang terjadi sesuai yang dilakukan oleh organ/jaringan. seperti :
Organ yang berasal dari endoderm (sistem digestif)
Organ yang berasal dari mesoderm (otot-otot, pembuluh darah, jantung)‏
Organ yang berasal dari ectoderm (kulit, sistem syaraf).
Phenotipe adalah keadaan jasmani / lahiriah, seperti kepala, leher, dada, lengan, panggul, perut, kaki.
Somatotipe merupakan cara untuk mengukur morphogenotipe melalui phenotype. Morphogenotipe tidak bisa diteliti secara langsung, sehingga untuk mengukur morphogenotipe maka melalui phenotype, misal dengan mengukur kepala, leher, dada.
Sheldon menggunakan Somatotipe Performance Test dengan cara membuat foto-foto tubuh (dari depan dan samping). Ia mengumpulkan foto-foto mahasiswa laki-laki sebanyak 4000. Foto-foto itu kemudian di periksa untuk mendapatkan variable-variabel pokok dasar dari variasi jasmani dan didapatkan kesimpulan bahwa ada dimensi jasmani primer dan sekunder.
1. Dimensi Jasmani Primer
Ada 3 komponen/dimensi jasmaniah primer, setiap orang memilikinya dan hanya satu yang paling dominan. Setiap orang akan digolongkan berdasarkan yang paling dominan. Menurut Sheldon ada 3 dimensi jasmani primer : endomorph, mesomorph dan ectomorph.
a. Tipe Endomorph
Individu yang komponen endomorphnya tinggi sedangkan dua komponen lainnya rendah. Ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh system digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting. Ciri-ciri yang Nampak: lembut, gemuk, tinggi badan relatif rendah.
b. Tipe Mesomorph
Individu yang bertipe mesomorph komponen mesomorphnya tinggi dan kedua komponen lainnya rendah, maka bagian-bagian tubuh yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang lain (otot-otot, pembuluh darah, jantung). Ciri-ciri yang nampak pada tipe ini adalah kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit. Banyak di antara olahragawan, pengelana, tentara masuk dalam tipe ini).
c. Tipe Ectomorph
Pada golongan ini organ-organ yang berasal dari ectoderm yang berkembang lebih baik ( kulit, sistem saraf). Ciri yang tampak adalah jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.
Selain 3 tipe tersebut ada 6 tipe lainnya, yaitu tipe campuran / kombinasi antara 3 tipe yang ada. Jika kita ingin memperoleh hasil yang yang benar-benar tepat dan teliti mengenai Morphogenotipe maka harus meneliti keseluruhan sejarah hidup individu dari nenek moyang sampai keturunannya.
2. Dimensi Jasmani Sekunder
Selain komponen jasmani primer Sheldon juga mengungkapkan adanya 3 komponen
jasmani sekunder.
a. Displasia
Adalah ketidaklengkapan ketiga dimensi primer yang ada dalam tubuh individu, jadi kemungkinan hanya ada 2 atau 1 dimensi primer saja. Displasia banyak terdapat pada penderita psikosis.
b. Gynandromorphy
Komponen ini menunjukkan sejauh mana tubuh memiliki sifat-sifat yang terdapat
pada jenis kelamin lawan. Dimensi ini oleh Sheldon diberi tanda “g”. Misalnya laki-laki yang memiliki dimensi g yang tinggi maka akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Semakin tinggi akan menunjukkan kebancian pada laki-laki.
c. Texture (Tampang)
Komponen jasmani sekunder yang ketiga dan barangkali yang terpenting oleh
Sheldon ditandai dengan huruf “t”. Texture adalah bagaimana individu tampak dari luar.

3. Faktor-faktor yang Menjadi Perantara dalam Hubungan Antara Jasmani dan Tingkah laku
Hubungan antara komponen-komponen jasmani dan tingkah laku dapat dijelaskan dengan beberapa cara:
a. Sukses yang menyertai suatu cara bertingkah laku tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi juga tipe jasmaninya. Misal: Orang yang octamorphis tentu kurang berhasil bertindak kasar dan agresif, sedangkan orang yang mesomorphis akan lebih berhasil.
b. Kemungkinan lain adalah bahwa hubungan antara jasmani dan temperamen di hubungkan oleh anggapan yang stereotipis dalam kebudayaan (tuntutan peran social) mengenai macam-macam tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu.
c. Kemungkinan lain adalah pengalaman atau pengaruh lingkungan menghasilkan tipe tubuh tertentu, selanjutnya menimbulkan kecenderungan tingkah laku tertentu. Contohnya orang yang berlatih atletik mempunyai bentuk tubuh tertentu sehingga cenderung menghasilkan perilaku tertentu pula.
d. Kemungkinan terakhir adalah hubungan antara bentuk fisik dan perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetis.
Menurut Sheldon faktor yang paling mempengaruhi adalah yang pertama dan kedua (pengalaman selektif dan determinasi budaya)

D. Manfaat Mempelajari Keterkaitan Bentuk Fisik Manusia dengan Tingkah lakunya Bagi Bidang Bimbingan Konseling
Sheldon mengadakan penelitian terhadap 400 pemuda, kemudian penyelidikan lanjutan (follow up study) diselidiki 200 orang diantara mereka. Penyelidikan mereka mengenai :
a. Somatotipenya
b. Komponen-komponen temperamennya
c. Komponen-komponen psikiatrisnya
d. Sejarah hidup, yang meliputi: kecerdasan dan pendidikannya, latar belakang keluarga, riwayat pengobatan, kenakalan-kenakalannya, dan perilakunya yang khas.
Dari penyelidikan itu ternyata pemuda-pemuda nakal sebagian besar termasuk dalam golongan mesomorph yang endomorphis. Sehingga konselor sekolah bisa memberikan langkah pencegahan maupun penanganan yang efektif dan efisien terhadap terjadinya perilaku yang menyimpang dari klien/siswanya yang masuk dalam golongan mesomorph yang endomorphis.

BAB III
PENUTUP


1. Simpulan
Manusia adalah makhluk yang unik dan memiliki kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lain. Manusia dikaruniai akal fikiran sehingga manusia bisa memilih, menolak dan melakukan perilaku berdasarkan apa yang menjadi ciri khas yang dimilikinya. William H. Sheldon seorang ahli psikologi konstitusional telah menemukan keterkaitan antara bentuk fisik manusia dengan tingkah laku, bahwa fisik manusia yang terbentuk baik dari faktor genetis maupun pengalamannya akan mempengaruhi perilakunya. Untuk mempelajari teori ini seorang calon konselor haruslah memahami bagaimana bentuk tubuh manusia dengan mempelajari Ilmu Sains Dasar disamping mempelajari ilmu psikologi tentang perilaku manusia. Sheldon juga mngemukakan hasil penelitiannya tentang kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh bentuk fisiknya yang dapat dijadikan pembelajaran bagi seorang calon konselor.

2. Saran
Dengan mengetahui manfaat mempelajari Ilmu Sains Dasar hendaknya seorang konselor perlu mempelajari berbagai macam ilmu termasuk Ilmu Sains Dasar, disamping ilmu psikologi yang menjadi bidang/spesialisasi pekerjaanya sebagai pengetahuan dan sarana untuk mengembangkan bidang keilmuan yang ditekuni.


Daftar Pustaka

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta:Rajawali Press.2005
Tim FMIPA UNESA. Sains Dasar. Surabaya:Unesa University Press.2005