Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.
Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label psikologi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Oktober 2010

PEMBENTUKAN KARAKTER MANUSIA MENURUT PARA AHLI

Dalam buku The Psychology of Moral Development (1927), Lawrence Kohlberg menyimpulkan terhadap hasil penelitian empiriknya terhadap perkembangan moralitas anak-anak dari berbagai latar belakang agama, yaitu Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam, bahwa agama dan institusi agama tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan moral seseorang. Teori yang dihasilkan dari penelitian Kohlberg dikenal dengan teori kognitif-developmental, yaitu 3 (tiga) tingkatan dan 6 (enam) tahapan perkembangan moral yang menegaskan bahwa pada intinya moralitas mewakilil seperangkat pertimbangan dan putusan rasional yang berlaku untuk setiap kebudayaan, yaitu prinsip kesejahteraan dan prinsip keadilan. Menurutnya, prinsip keadilan merupakan komponen pokok dalam proses perkembangan moral yang kemudian diterapkan dalam proses pendidikan moral.
Pendekatan Kohlberg yang sangat empirik tersebut tidak mempertimbangkan potensi suci (homo devinans and homo religious) yang dimiliki oleh setiap manusia yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan moral dan pembentukan perilaku. Kohlberg lebih menitikberatkan pada adanya interaksi sosial dan perkembangan kognitif seseorang. Ini dapat dimaklumi sebagai tradisi ilmiah Barat yang hanya menumpukan pada konsep empirisme, apa yang terlihat oleh analisis penelitian. Sementara potensi fitrah merupakan konsep keagamaan yang dianggap tidak empirik karena di dalamnya memuat keyakinan tentang struktur jiwa manusia, seperti ruh, akal, qalb dan nafs.
Sementara jauh sebelumnya, Sigmund Freud memiliki pendapat tentang potensi pada diri manusia yang sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego (es, ich, ueberich). Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu pada enam tahun pertama dalam kehidupannya. Berdasarkan teorinya tersebut, Freud menyimpulkan bahwa moralitas merupakan sebuah proses penyesuaian antara id, ego, dan superego. Titik lemah terbesar Freud dan para penganutnya bukan pada kesalahan teorinya, tetapi adalah over generalisasi dari teori tersebut, sehingga dalam kacamata Freud, manusia dapat dikatakan tidak berbeda dengan binatang, bahkan lebih menderita karena tidak sebebas binatang dalam melampiaskan nafsunya.
Di sisi lain, ada tokoh psikologi Barat, William James, berpendapat dalam bukunya The Varieties of Religious Experience (1982) yang menyebutkan bahwa manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama), yaitu makhluk yang bertuhan dan beragama. James tidak menyetujui pandangan para pakar yang menganggap fenomena keagamaan ruhaniah manusia selalu berkaitan dengan –bahkan berawal dari-- kondisi psiko-fisiologis dan kesehatan seseorang. Ia menentang pandangan materialisme medis yang mereduksi agama dan pengalaman religius yang sifatnya spiritual, menjadi sesuatu yang bersumber dari gangguan syaraf. Menurut telaah James terhadap pengalaman spiritual-religius, bahwa pengalaman religius individu-individu berkaitan dengan integritas kepribadian yang baik. Penghayatan seperti itulah oleh William James disebut sebagai pengalaman religi atau keagamaan (the existence of great power). Artinya, adanya pengakuan terhadap kekuatan di luar diri yang serba Maha dapat dijadikan sebagai sumber nilai-nilai luhur abadi yang mengatur tata hidup manusia dan alam semesta raya ini.
Di dalam Islam, Al-Ghazali memiliki pandangan unik tentang pebentukan karakter manusia dalam kitab al-Maqshad al-Asna Syarh Asma Allah al-Husna (tt). Ia menyatakan bahwa sumber pembentukan karakter yang baik itu dapat dibangun melalui internalisasi nama-nama Allah (asma’ al-Husna) dalam perilaku seseorang. Artinya, untuk membangun karakter yang baik, sejauh kesanggupannya, manusia meniru-niru perangai dan sifat-sifat ketuhanan, seperti pengasih, penyayang, pengampun (pemaaf), dan sifat-sifat yang disukai Tuhan, sabar, jujur, takwa, zuhud, ikhlas beragama, dan sebagainya. Sumber kebaikan manusia terletak pada kebersihan rohaninya dan taqarub kepada Tuhan. Karena itu, Al-Ghazali tidak hanya mengupas kebersihan badan lahir tetapi juga kebersihan ruhani.
Dalam penjelasannya yang panjang lebar tentang sholat, puasa, dan haji, dapat disimpulkan bahwa bagi Al-Ghazali semua amal ibadah yang wajib itu merupakan pangkal dari segala jalan pembersihan ruhani. Akhlak yang dikembangkan Al-Ghazali bercorak teleologis (ada tujuannya), sebab ia menilai amal dengan mengacu kepada akibatnya. Corak etika ini mengajarkan, bahwa amal itu baik ketika menghasilkan pengaruh pada jiwa yang membuatnya menjurus ke tujuan itu. Mengenai tujuan pokok etika Al-Ghazali ditemui dalam semboyan tasawuf yang terkenal al-takhalluq bi-akhlaqillahi ‘ala thaqatil basyariyah, atau pada semboyan yang lain, al-shifatir-rahman ala thaqalil–basyatiyah.
Sementara dalam kitabnya, Tahdzib al-Akhlaq, Ibnu Makawaih menunjukkan fakta-fakta kompleksitas konseptual dalam pembentukan watak seseorang. Watak yang baik dapat dibentuk melalui tindakan yang benar, terorganisir dan sistematis. Menurutnya, jiwa adalah abadi dan substansi bebas yang mengendalikan tubuh. Jiwa adalah intisari berlawanan pada tubuh, sehingga tidak mati karena terlibat dalam satu gerakan lingkaran dan gerakan abadi, direplikasi oleh organisasi dari surga. Gerakan ini berlangsung dua arah, baik menuju alasan ke atas dan akal yang aktif atau terhadap masalah kebawah. Kebahagiaan timbul melalui gerakan keatas, kemalangan melalui gerakan dalam arah berlawanan. Menurutnya, kebaikan merupakan penyempurnaan dari aspek jiwa (yakni, alasan manusia) yang merupakan inti dari kemanusiaan dan membedakan dari bentuk keberadaan rendah.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Muhammad Usman Najati dalam bukunya berjudul al-Quran wa Ilm an-Nafs (2005) bahwa dalam kepribadian manusia terkandung sifat-sifat hewan yang tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik yang harus dipenuhi, dalam rangka menjaga diri dan keberlangsungan hidupnya. Selain itu, dalam kepribadiannya juga terkandung sifat-sifat malaikat yang tercermin dalam kerinduan ruhaninya untuk mengenal Tuhan, beriman kepadaNya, menyembah kepadaNya dan mensucikannNya.
Dengan demikian, dalam karakter penciptaan manusia terdapat kecenderungan untuk berbuat baik dan jahat; kecenderungan untuk menuruti hawa nafsu fisiknya dan tenggelam dalam menikmati kesenangan; dan kecenderungan untuk mencapai puncak keutamaan, ketakwaan, cita-cita luhur kemanusiaan, dan amal baik, serta ketenangan jiwa dan kebahagiaan spiritual yang diwujudkannya. Dalam pandangan Usman Najati, bahwa pola pembentukan kepribadian manusia tidak terlepas dari kedua potensi tersebut dan akan berkembang sesuai dengan proses kehidupannya. Namun, terdapat potensi fitrah yang sangat berperan, selain konsep sosial dalam proses pembentukan karakter seseorang.
Dari berbagai pendangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep pembentukan karakter manusia dapat dilihat dari banyak aspek. Menurut ilmuan Barat lebih memandang manusia dari kaca mata empiristik. Sedangkan dalam perspektif Islam, manusia dipahami sebagai makhluk yang memiliki potensi fitrah dimana terdapat daya-daya yang dapat memunculkan sebuah sikap dan perilaku yang tidak lepas dari stimulus dari luar. Artinya, Islam memandang, karakter manusia tidak murni karena faktor potensi, tetapi juga faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Bahan Bacaan
1.Lawrence Kohlberg, The Psychology of Moral Development (1927)
2.Sigmund Freud,Three Essays on the Theory of Sexuality (2000)
3.William James, The Varieties of Religious Experience (1982)
4.Imam Al-Ghazali, al-Maqshad al-Asnā Syarh Asma Allah al-Husna (tt)
5.Ibnu Maskawaih, Tahdzib al-Akhlaq (tt.)
6.Muhammad Usman Najati, al-Quran wa Ilm an-Nafs (2005)

Senin, 24 Mei 2010

PSIKOLOGI DALAM PERSPEKTIF HADITS

I. PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Walaupun proyek rekontruksi islami pada kajian psikologi bukan sekedar mengumpulkan ayat-ayat dan hadits Rasulullah yang mengulas tentang jiwa manusia, atau pun mengumpulkan penjelasan yang banyak ditulis buku-buku tafsir dan hadits, namun kita tetap membutuhkan semuanya itu untuk menentukan batasan ilmu pengetahuan dan batasan defnisi manusia, sehingga menjadikan proyek ini pun selaras dengan penafsiran ilmiah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah.

Barang siapa yang ingin mengetahui sikap Al-Qur’an dan sunnah terhadap proyek rekontruksi Islami pada kajian psikologi, maka ia harus bias memahami penafsiran keduanya dengan penafsiran yang lebih dikenal dengan penafsiran ilmiah, yang dimaksud dengan penafsiran ilmiah disini bukan penafsiran menurut bahasa, yakni salah satu jenis penafsiran yang apabila semua syaratnya terpenuhi, mak ia disebut penafsiran ilmiah. Yang dimaksud disini adalah penafsiran yang dapat dipahami oleh khalayak umum, yakni pendayagunaan sebagai ilmu alam dan ilmu humaniora (disamping ilmu syariah dan ilmu bahasa) sebgai sarana dalam memahami ayat Al-Qur’an lebih luas dan mengklasifikasikannya sesuai dengan topik-topik yang berkaitan dengan ilmu tertentu.

II. PEMBAHASAN

A.Pengertian Nafs Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits Secara Umum

Kata nafs merupakan satu kata yang memiliki banyak makna (lafadz musytarak) dan harus dipahami sesuai dengan penggunaanya. Contoh lain dari kata-kata yang juga memiliki banyak makna dalam Al-Qur’an dan hadits, seperti al-hidayah, ad-din, ash-shalat, az-zakat, al-maut, al-hayat dan lain sebagainya.[1]

Kata nafs dalam Al-Qur’an memiliki makna sebagai berikut :

a)Jiwa atau sesuatu yang memliki eksistensi dan hakikat. Nafs dalam artian ni terdiri atas tubuh dan ruh, sebagaimana tampak dalam ayat Al-Qur’an,

وكتبنا عليهم فيها ان النفس با لنفس…..

“Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-taurat)bahwasannya jiwa (dibalas) dengan jiwa…“(al-Maa’idah: 45)

ولو شئنا لا تينا كل نفس هدها….

“Dan kalau kami menghendaki, niscaya kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk baginya…..(as-Sajdah: 13).

b)Nyawa yang memicu adanya kehidupan.apabila nyawa hilang, maka kematianpun menghampiri. Nafs dalam artian ini tampak dalam ayat Al-Qur’an,

…..والملئكة با سطواايديهم اخرجواانفسكم اليوم تجزون عذاب الهون…..

“…Para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), keluarkanlah nyawamu.di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan…” (al-An’am : 93)

c)Diri atau suatu tempat diman hati nurani bersemayam. Nafas dalam artian ini selalu dinisbatkan kepada Allah dan juga kepada manusia, sebagaimana tampak dalam ayat Al-Qur’an,

…تعلمو ما فى نفسى ولا اعلم ما فى نفسك انك انت علام الغيوب

“…engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri engkau. Sesungguhnya engkau maha mengetahui perkara yang gaib-gaib.(al-Maa’idah: 116)

d)Suatu sifat pada diri manusia yang memiliki kecenderungan kepada kebaikan dan juga kejahatan.

B.Macam-Macam Nafs

a)Nafs saat menjadi ammarah bissu’i

Ini adalah kondisi kedua yang digambarkan oleh Al-Qur’an ketika berbicara tentang kondisi topic kondisi diri manusia. Namun sebagian ilmuwan menjadikannya sebagai kondisi pertama, padahal kenyataannya tidak demikian. Sesungguhnya diri manusia diciptakan dalam keadaan sempurna dan terilhami oleh fitrah dan wahyu.lalu datanglah godaan setan dan mengubah kondisi kesempurnaannya yang semula ada dengan menyuruh manusia untuk melakukan suatu keburukan.

Bentuk penyimpangan diri manusia dari fitrah kebaikannya, ditampakkan dalam peristiwa pembunuhann pertama kalinya yang terjadi dimuka bumi,

“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (Al-Maa’idah: 30)

Dikisahkan juga dalam Al-Qur’an tentang waktu yusuf berada dalm penjara yang bunyinya sebagai berikut :

!

Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.(Q.S :12 : 53)

Allah berfirman memberitakan tentang raja setelah mereka datang membawa ta’bir mimpi yang mengagumkan itu, sehingga raja dapat mengetahui keutamaan yusuf, ilmunya, pengetahuannya yang baik tentang impian sang raja, budi pekertinya yang baik terhadap warga negaranya, maka raja berkata :ائتوني به)) “bawalah dia kepadaku“, maksudnya keluarkan dia dari penjara dan bawalah dia kemari. Setelah utusan raja mendatanginya dan meminta hal itu, yusuf menolak untuk keluar dari penjara kecuali setelah raja dan rakyat memastikan bahwa dia bersih dari tuduhan dan tetap terjaga kehormatannya dari tuduhan berbuat serong dengn isteri al-Aziz, dan penjara itu bukan sebagai balasan dari perbuatannya akan tetapi akibat kezhaliman dan pelanggaran terhadap dirinya. Ia Yusuf mengatakan ارجع إلى ربك }{” kembalilah kepada tuhanmu”

Dalam al-Musnad (Ahmad) dan Ash-shahihain (al-Bukhari dan Muslim) terdapat hadits yang diriwayatkan oleh az-Zuhri dari sa’id dan abu salamah, dari abu hurairah r.a berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda :

{ نحن أحق بالشك من إبراهيم إذقال ( رب أرنى كيف نحي الموتي )- الاية- ويرحم الله لوطا لقد كان يأوى إلى ركن شد يد, ولو لبثت في السجن ما لبث يو سف لآجبت الداعي.}

“kami lebih pantas ragu dari ibrahim ketika berkata: “ya rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan orang-orang mati,” dan semoga Allah memberikan rahmat kepada Luth, ia berlindung kepada tiang yang kuat, dan seumpama aku tinggal dipenjara seperti yusuf, pasti aku menyambut undangan raja itu.”

{ وأن الله لا يهدي كيدالخائنين وما ابرئ نفسي } “Dan bahwasannya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak membebaskan driku (dari kesalahan)“, istri al-Aziz mengatakan: ku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena memang nafs itu selalu membisikkan dan dan mengharapkan, oleh karena itu aku telah menggodanya.

Menurut pendapat al-Mawardi dalam tafsirnya, dan didukung oleh imam Abul Abbas bin taimiyyah dalam buku tersendiri yang ditulisnya. Tetapi ada yang mengatakan bahwa perkataan itu dari Yusuf A.s, ia mengatakan :

{ ذلك ليعلم أني لم أخنه }” agar ia mengetahui bahwa aku tida menghianatinya” terhadap isterinya { با لعيب }“dengan diam-diam” dan seterusnya sampai akhir dua ayat. Yakni aku menolak utusan raja itu agar raja tahu bahwa aku bebas dari tuduhan tersebut, dan supaya al-Aziz mengetahui bahwa { أني لم أخنه } “aku tidak menghianatinya ” dengan berbuat serong dengan isterinya ketika dia tidak berada dirumah { وأن الله لا يهدي كيد الخا ئنين }“sesungguhnya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat “[2]

b)Nafs Saat Menjadi Sawiyyah Mulahhamah

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),”

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (asy-Syams: 7-8)

Dalam ayat diatas, tampak dua sifat dan kondisi nafs sawiyyah (sempurna) dan mulahhamah (mendapat ilham). Berkaitan dengan sifat pertamanya, fakhrurozy mengungkapkan,

“bila kita mengartikan nafs pada ayat diatas adalah fisik, maka kesempurnaannya pada fungsi semua anggota tubuh sebagaimana yang diungkapkan oleh ahli ilmu fisiologi, apabila kita mengartikannya suatu kekuatan dalam jiwa, maka kesempurnaanya tampak pada kekuatan dalam diri yang tampak pada pendayagunaan yang optimal pada pendengaran, penglihatan, imajinasi, pola pikir, dan daya ngat sebagaimana yang diarahkan dalam dunia psiklogi.”

Sedang Ibnu Katsir menambahkanmakna” dan jiwa serta penyempurnaanya“, atau sempurna penciptaanya karena disesuaikan dengan fitrahnya yang lurus.

Sayyid Qutb dalam mengiterpretasikan ayat ini dan yang sejenisnya mengungkapkan,

“sesungguhnya ayat tersebut mengungkapkan sepenuhnya pandangan islam terhadap diri manusia, yakni sebagai sempurna secara alami, sempura persiapan dalam penciptaanya, dan sempurna dalam arah dan tujuannya dalam hidup.”

Kesimpulan dari semua pendapat para pakar tafsir tentangayat diatas adalah bahwa ilham yang dimaksud adalah fitrah yang diterima manusia melaluijalan wahyu, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaanya.,” pada dasarnya kondisi diri manusia berada dalam satu kesempurnaan.lalu tampak dua pilihan bagi diri manusia, yakni jalankefasikan dan jalan ketakwaan. Hanya fitrah dan hidayahlah yang membuat manusia bisa membedakan keduanya dengan baik

c)Nafsu Saat Menjadi Lawwamah

Sebagian pakar ilmu tafsir berpendapat bahwa nafs lawwamah dialami oleh orang yang yang beriman, sedang sebagian lainnya berpendapat oleh orang yang beriman , sedang sebgaian yang lainnya berpendapat ia bias dialami oleh siapapun juga.[3] Kedua pendapat ini tidak aling bertentangan.laum atau penyesalan layaknya suatu proses yang dialami semua manusia. Perbedaannya hanya terletak pada jenis dan penyebabnya.

“Aku bersumpah demi hari kiamat, Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”(al-Qiyaamah : 1-2)

d)Nafsu Saat Menjadi Zakiyyah

Nafs Zakiyyah akan di alami individu bila ia mampu bermujahadah dan mengendalikan semua keburukan psikis yang mamou menjadi polusi bagi fisiknya. Dari yang suci hanya akan mencukupkan dirinya dengan semua dorongan biologis (baik itu makanan, minumandan juga dorongan seksualnya) dengan cara yang baik. Ia akan melepaskan diri dari semua keburukan yang mampu mengkontaminasikan jiwanya. Ia akan menjahukan diri dari keyakinan yang buruk, perkataan yang buruk, dan juga pekerjaan yang buruk. Allah berfirman:

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”(asy-Syams: 7-10)

e)Nafsu Saat Menjadi Muthmainnah Radhiyyah

Di saat diri manusia ridha dengan konsep kehidupan yang telah dipilihnya, ridha dengan perilaku yang mengantarkanya kepada kebahagiaan dan ketenangan hidup, maka pada saat itulah kondisi dirinya berada jenjang tertinggi yakni nafs muthmainnah radhiyyah

Al-qur’an sendiri telah mengabarkan bahwa siapapun yang telah di anugerahi dengan keridhaan dan ketenangan dalam hidupnya di dunia maka iapun akan mendapatkan kebahagiaan yang sama di akhirat kelak. Itulah surga allah di dunia. Siapa pun yang tidak bias menggapainya maka ia tiakan mampu menggapai surga Allah di akhirat Allah berfirman:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (al-fajr: 27-30)

Surga dunia yang di maksud adalah satu bentuk keridhaan dalam diri yang bahagia. Inilah kehidupan yang kontradiksi dengan kehidupan yang sempit. Sebagai mana firman Allah:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”.(Thaahaa: 124)

Ridhaaan adalah suatu nikmat yang terbesar dalam kehidupan di dunia, sebagaimana rasa inilah yang akan dirasakan oleh para penghuni surga. Keridhaan adalah suatu kebahagiaan yang menyelimuti diri manusia. Itulah maksudnya kenapa allah menjadikan keridhaan sebagai tujuan akhir dari semua usaha, yang ditutup dengan kehidupan bahagia dikala kembali kepada sang pencipta (Allah).[4]

C.KOMPONEN-KOMPONEN DALAM NAFS

Secara tersirat, al-Qur’an telah menyebutkan beberapa komponen yang ada pada nafs, yaitu:

1. Ruh

Secara garis besarnya, informasi akan ruh dalam al-Qur’an sangat minimalis. (17: 85). Tidak ada seorang pun yang dapat mendalaminya lebih dalam lagi kecuali hanya pada permukaannya saja. Al-Qur’an menyebutkan kata ulangnya sebanyak 24 kali dengan berbagai konteksnya dengan keberagaman maknanya, diantaranya: ruh sebagai nyawa yang menyebabkan seseorang hidup (17: 85), malaikat (26: 193), rahmat Allah (58: 22) dan al-Qur’an (42: 52). Rasulullah pernah menyinggung masalah ruh, dengan sabdanya:الأرواح جنود مُجَنَّدَةRuh-ruh adalah himpunan yang terorganisasi. Sedang dalam al-Qur’an sendiri di terangkan akan proses peniupan ruh dalam tubuh manusia (32: 7-9), hingga dipahami oleh sebagian manusia bahwasannya ruh adalah satu sinergi dari elemen-elemen sistem tubuh. Ruh muncul bersamaan dengan berfungsinya sistem organ tubuh manusia, sehingga kehadirannya dipahami sebagai sunatullah dengan rumusan jika x maka y. Dalam al-Qur`an banyak dijelaskan bagaimana Allah meniupkan sebagian ruhnya hingga manusia pun berhak menjadi wakilnya di muka bumi. Hal ini mengandung artian bahwasannya ruh memiliki daya spiritual yang mampu menarik manusia menuju Allah Daya inilah yang membuat manusia membutuhkan kisi-kisi kerohanian

2. Fitrah

Dari segi bahasa, fitrah mengambil akar kata dari الفطر yang berarti belahan. Dari makna inilah lahir makna lain antara lain ‘penciptaan’ atau ‘kejadian’. Secara umumnya, fitrah dalam hal ini adalah originalitas manusia pertama kalinya atau bawannya sejak lahir.Fitrah manusia adalah satu bingkai yang menjadi batasan dalam diri manusia. disaat manusia keluar dari batasan tersebut, maka bisa di katakan ia telah keluar dari fitrah kemanusiaannya, baik dalam artian positif ataupun negatifnya. Bisa jadi seorang individu kehilangan sisi kemanusiaannya dan cenderung melakukan kebaikan saja, maka ia seolah menyerupai malaikat. Dilain hal, bisa saja seorang individu kehilangan sisi spiritualitasnya hingga ia terjerebab dalam lingkaran syetan.Al-Qur’an menyebutkan pengulangan kata fitrah sebanyak 28 kali. 14 diantaranya dalam konteks uraian tentang bumi; sisanya dalam konteks penciptaan manusia. Secara fitrahnya,manusia di ciptakan dengan desain yang sempurna (memiliki agama yang hanief (30: 30) hingga ia lebih mudah berbuat baik di banding berbuat jahat. (85: 5-7) dan memiliki rasa keadilan (85: 5-7). Muhammad bin Asyur dalam tafsirnya menyebutkan bahwasannya Fitrah adalah bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia , baik dalam konteks jasmani ataupun akalnya. [1]Dari sini di pahami, bahwasannya manusia berjalan dengan kakinya adalah fitrah dalam konteks jasmaninya, sementara menarik kesimpulan melalui premis yang ada merupakan fitrah dalam konteks akalnya.

3. Qalb

Dari berbagai ayat al-Qur’an, akan didapati bahwasannya qalb menjadi satu alat untuk memahami realitas dan nilai-nilai (22: 46, 7: 179) dan hanya menampung hal-hal yang disadarinya saja. Hal ini lalu menjadi landasan dasar, bahwa di hari kiamat, yang akan bertanggung jawab atas semua prillaku adalah qalb yang melakukan kesemuanya itu dengan penuh kesadaran. (2: 225). Ini menjadi satu isyarat bahwasannya keputusan yang di hasilkan qalb mengandung implikasi pahala dan dosa.Secara etimologisnya kata qalb mengandung makna berbolak-balik. Hal ini dikarena qalb tidak konsisten. Terkadang ia pada satu sisi, namun di suatu saat ia bisa berbalik arah. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara pemenuhan realitas dan nilai-nilai positif dengan tarikan negatif yang berasal dari kandungan hatinya. Proses yang ada dalam qalb inilah yang akhirnya mengantarkan manusia kepada kualitas qalb yang berbeda satu dan lainnya. Qalb memiliki dua daya, yaitu daya memahami dan daya merasakan. Dalam memahami, qalb menggunakan persepsi-dalam dan persepsi-luar. Daya memahami ini akan muncul hanya berfungsi pada qalb yang suci dan tidak terkontaminasi. Selain itu pula, qalb memiliki kemampuan merasakan. Disinilah ilham berperan. Sesungguhnya pengetahuan yang ada pada qalb bersifat supra-rasional.Qalb adalah satu bagian kecil dari nafs. Ia bagaikan satu kotak yang bisa disegel (2:7), hingga wajar bila dikatakan akan adanya kunci-kunci penutupnya (47: 7). Kotak ini pun bisa diperlebar dengan amal perbuatan, diperkecil, dipersempit dan lain sebagainya. (49: 3), (6: 125). Bila kita meneliti lebih jauh, kita akan mendapati kataصدورdada, yang bermakna qalb (94:1). Hal ini bisa di interpretasikan bahwasannya posisi qalb adalah di dada (22: 46).

4. Aql

Ayat-ayat al-qur’an menunjukkan bahwasannya manusia memiliki daya mengetahui. Daya ini muncul sebagai akibat adanya daya pikir, seperti tafakkur (memikirkan), nadzara (mengamati), i’tibâr (menginterpretasikan) dll. Selain itu pula, akal memiliki daya memahami, seperti tadabbur (memahami dengan seksama), ta’ammul (merenungkan), istibtsâr (melihat dengan mata batin), tadzakkur (mengingat) dll. Daya berpikir ini menggunakan alat indra sebagai sumber dalam memperoleh informasi dari luar, yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa lidah, peraba dll. Kesemuanya ini didasarkan pada 18 ayat yang menggunakan kata tafakkur. Kesemuanya membicarakan hal konkret yang berkaitan dengan hukum alam.Sedangkan daya memahami menggunakan persepsi-dalam, sebagaimana tampak dalam ayat-ayat yang menggunakan kata tadabbur. Kesemuanya membicarakan hal abstrak yaitu berupa ayat Allah di balik realitas maupun di balik teks[2]secara garis besar, pengetahun dan informasi yang di dapatkan akal lebih bersifat rasional. Akal dengan segala karakteristiknya akan menentukan tanggung jawabnya di hari akhirat kelak. Akallah yang suatu saat nanti akan bertanggung jawab atas segala amal, tingkah dan prilaku. Dengan demikian maka bisa dikatakan bahwasannya akal merupakan satu komponen penting dalam diri manusia. Selain qalb, akal dengan segala kerasionalannya mampu mengantarkan manusia kepada jalan yang lurus.Siapapun yang tidak mengotimalkan fungsi akal, maka sesungguhnya ia telah memilih jalan kesesatan. Akal yang tidak berfungsi inilah yang akhirnya membuat manusia mampu menyimpangkan dirinya dari kebenaran dan memposisikan dirinya untuk menjadi seseorang yang selalu gagal dalam hidup.Kata ‘aql’ sendiri tidak ditemukan dalam al-qur’an kecuali dalam bentuk kata kerja. Hal ini seolah mengisyaratkan bahwa proses berpikir dengan akal adalah kerja dan proses yang terus menerus dan bukan hasil perbuatan. Dari sini dapat dikatakan bahwasannya ‘aql bukanlah suatu substansi yang bereksistensi. Ia merupakan aktivitas dari suatu substansi. Bila dipahami demikian, maka apakah substansi ‘aql itu?.maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat berpikir.. (QS. Hajj: 46) Berlandaskan dengan ayat ini, para ulama, diantaranya Gazãliberpendapat bahwasannya yang ber’aql adalah qalb dan bukan otak, dengan pertimbangan sbb:1) akal sering disebut dengan nama qalb (21: 46, 7: 179, 50: 37). 2) tempat kebodohan dan lupa adalah qalb, hingga dengan demikian maka qalb merupakan tempat akal dan pemahaman (2: 7/10, 4: 155, 9: 64, 48: 11, 83: 14, 47: 29, 21: 43). 3). Apabila manusia berpikir secara berlebihan, maka qalbnya akan terasa jenuh dan sesak, sehingga ia seperti terkena penyakit. 4) qalb adalah organ yang bersinonim dengan ‘aql.

Sedang di sisi lain, Dr. Wahbah Zuhaili menyatakan bahwasannya yang berakal adalah otak, [3] dengan pertimbangan, 1) otak merupakan sistem pengingat manusia. ia mampu menentukan pilihan dan menggerakkan manusia; 2) alat yang dapat mencapai daya kognisi adalah otak; 3) apabila sistem otak rusak, maka manusia akan menjadi ‘gila’; 4) dalam keseharian, orang yang sedikit kecerdasannya dikatakan ‘lemah otak’. 5) akal mampu mencapai puncak kemuliaan, karena itulah ia terletak di kepala.‘Aql dari segi bahasa bermakna tali pengikat dan penghalang. Bisa dikatakan bahwasannya al-Qur’an mengartikan akal sebagai sesuatu yang mengikat dan menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa Sesungguhnya akal adalah pembeda manusia dengan makhluk lainnya. Dengan akal manusia dapat menemukan, mengembangkan, mengkonstruksi dan bahkan menciptakan ilmu pengetahuan. Dengan akal pula manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya.

5. Bashirah

Secara etimologisnya, bashara mengandung makna melihat. Dalam literarur arab, kalimat ini digunakan untuk indera penglihatan disertai dengan pandangan hati. (75: 14). Jika di hubungkan dengan manusia, maka ia memiliki empat makna: a) ketajaman hati, b) kecerdasan, c) kemantapan dalam beragama, dan d) keyakinan hati dalam hal agama dan realita. Dalam bahasa Indonesianya, ia lebih dikenal dengan sebutan ‘hati nurani’. Posisinya dalam sistem nafsani adalah sebagai pengingat, penegur danpengoreksi atas apa yang dilakukan oleh qalb dan aql, disaat keduanya berada dalam posisi menyimpang. Dalam surah al-qiyâmah (75: 14-15) disebutkan bahwasannya bashirah tetap bekerja walaupun manusia mengungkan seribu satu macam argumen yang menampiknya. Ibnu Qayyim mengungkapkan bahwasannya bashirah merupakan satu cahaya Allah yang ditiupkannya ke dalam qalb. Karenanyalah, ia tidak bisa di manipulasi; dan karena itu pula ia mampu memahami dengan jujur dan mengakui kebeneran agama.

6. Fu`âd

Pengulangan kata فؤادdengan beragam kata jadiannya terdapat dalam 16 ayat.. Tak sedikit yang mengartikannya sama sebagaimana mereka mengartikan qalb dan aql; bahkan ada sebagian yang mengartikannya otak sebagai bekal bagi janin untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Dilihat dari karakteristiknya, fu`âd selalu menyertai kemunculan indera memiliki kecenderungan dan juga dimintai tanggung jawab.

7. Syahwat dan hawa nafsu

Dalam al-Qur’an, syahwat di hubungkan dengan pikiran-pikiran yang di dorong oleh hawa nafsu (4: 27), dengan keinginan terhadap kelezatan dan kesenangan (3: 14, 19: 59) dan prilaku menyimpang (7: 81, 27: 55). Ini semua tidak terlepas dari asal kata syahwat شهي yang bermakna menginginkan kenikmatan. Dalam al-Qur’an di sebutkan bahwasannya objek yang dapat membawa seseorang kepada kenikmatan di dunia adalah wanita, keturunan danjuga harta. (3: 14). Sangat wajar bila manusia menginginkan kenikmatan dalam hidupnya. Namun adalah tak wajar apabila ia mendapatkannya dengan jalan yang salah.Sedangkan yang di maksud hawa nafsu adanya kecenderungan nafs kepada syahwat yang mengandung konotasi negatif. Syahwat dan hawa nafsu merupakan salah satu bentuk dorongan-dorongan yang ada pada nafs, baik dalam bentuk yang di sadari ataupun tidak disadari. Ia adalah satu satu penggerak tingkah laku, walaupun terkadang lebih di konotasikan sebagai penggerak tingkah laku negatif (12: 53).Apabila semua kerja komponen ini di visualisasikan, maka akan tampak bagaimana qalb bekerja memahami, mengolah, menampung realitas sekelilingnya dan memutuskan sesuatu. Qalb memiliki potensinya yang dinamis. Namun ia pun sangat temperamental, fluktuatif, emosional dan tidak bisa konsisten. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, qalb bekerja sama dengan aql dalam merasionalisasikan keadaan yang ada. Keselarasan keduanya itulah yang lebih di sebut sebagai pikir plus zikir. Disaat keduanya masih terkontaminasi oleh syahwat dan hawa nafsu dan menjerumuskan nafs, maka disinilah peran bashirah. ia memberikan sinyal, melakukan koreksinya serta mengingatkannya akan fu`adnya.Dengan kesatuan semua komponen inilah, maka nafs pun menjadi bertingkat sesuai dengan usaha yang dihasilkannya. Potensi Nafs dalam berbuat baik dan kecenderungannya kepada kenikmatan dengan jalan apapun, membuat nafs harus bisa mengendalikan dan menyeimbangankan semua komponen dalam dirinya. Disinilah semuanya berproses hingga memunculkan tingkah laku

III. KESIMPULAN

Dari uraian singkat di atas maka kami dapat menarik sebuah kesimpulan, bahwasannya Nafs dalam pengetian Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

·Jiwa atau sesuatu yang memliki eksistensi dan hakikat. Nafs dalam artian ni terdiri atas tubuh dan ruh.

·Nyawa yang memicu adanya kehidupan.apabila nyawa hilang, maka kematianpun menghampiri.

·Diri atau suatu tempat diman hati nurani bersemayam.

·Suatu sifat pada diri manusia yang memiliki kecenderungan kepada kebaikan dan juga kejahatan.

Sedangkan komponen yang terdapat dalam Nafs dapat dikategorikan sebagai berikut:

* Ruh
* Fitrah
* Qalb
* Aql
* Bashirah
* Fu`âd
* Syahwat dan hawa

IV. DAFTAR PUSTAKA

* Shalih, Muhammad Al-Utsaimin. Tafsir Juz’amma. Pustaka At-Tibyan:Solo, 1988
* Taufiq, Muhammad Izzuddin. Panduan lengkap dan praktis Psikologi Islam. Gema Insan:Jakarta, 2006

* Muhammad, Abdullah Dkk.Tafsir Ibnu Katsir jilid 4. Pustaka Imam asy-Syafi’i:Jakarta, 2006
* Adnan Syarif.Psikologi Qurani.Pustaka Hidayah:Bandung,1987

[1]Lihat muhammad izzuddin taufiq (psikologi islam) hal-70

[2]Lihat tafsir ibnu katsir jilid 4 hal-430-432

[3]Ibnul jauzy berpendapat berpendapat dalam bukunya zadul Masir jilid 8 hal-133

4.tafsir juz’amma

Selasa, 02 Maret 2010

Komparasi Teori Kepribadian Al-Ghazali dan Erich Fromm

KONSEP KEPRIBADIAN: KOMPARASI ANTARA TEORI KEPRIBADIAN AL-GHAZALI DAN ERICH FROMM
Perbandingan Konsep Kepribadian Al-Ghazali dan Erich Fromm
1. Struktur Kepribadian
Ghazali (Gh): Tiga struktur yaitu nafsu (impuls primitif) , akal (realistik rasionalistik) dan kalbu (spiritual)
Fromm (Fr): Lima struktur kebutuhan jiwa yaitu relasi, transendensi, keberakaran, identitas, dan orientasi.
Pada prinsipnya Al-Ghazali dan Fromm memandang manusia pada hakekatnya baik. Perbedaan terletak pada pendekatan dalam merumuskan kriteria baik itu sendiri.
2. Landasan Teoritis
Gh: Konsep teosentris berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah melalui metode tasawuf
Fh: Konsep yang antroposentris dengan penekanan pada faktor kebudayaan dan perubahan sosial
Fromm mengedepankan aspek kemanusiaan, sedangkan Al-Ghazali disamping aspek kemanusiaan juga peran Tuhan
3. Tujuan
Gh: Membentuk individu yang memiliki konsistensi iman, islam, ibadah dan mu’amalah untuk mendapat ridla Allah
Fr: Menciptakan komunitas masyarakat sehat
Fromm berorientasi humanistik sosial, sedangkan Al-Ghazali humanistik spiritual
4. Hereditas
Gh: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Fr: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian
Berpandangan sama mengenai peranan faktor hereditas
5. Keunikan
Gh: Konsep kepribadian Muthmainnah
Fr: Konsep kepribadian yang antroposentris, humanis, dan sosialis
Kalbu sebagai struktur tertinggi yang mampu mengendalikan semua sistem kepribadian
6. Lingkungan psikologis
Gh: Keluarga dan interaksi sosial
Fr: Kebudayaan dan perubahan sosial
Sama-sama memandang adanya pengaruh lingkungan terhadap kepribadian
7. Kompleksitas mekanisme
Gh: Mekanisme sistem kalbu, akal, dan nafsu
Fr: Mekanisme sistem kebutuhan jiwa
Fromm menekankan aspek kebutuhan psikologis, Al-Ghazali mengedepankan komponen psikis
8. Kepribadian ideal
Gh: Kepribadian Muthmainah yang mengantarkan manusia pada eksistensi sebenarnya sebagai hamba Allah
Fr: Kepribadian yang memiliki orientasi produktif yang mampu memenuhi kebutuhan jiwanya
Perbedaan yang menonjol adalah pada ada tidaknya aspek spiritualitas dalam kepribadian
Relevansi Penerapannya dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu upaya pembentukan kepribadian. Konsep kepribadian model Erich Fromm dan Al-Ghazali memiliki pengaruh yang besar terhadap pendidikan. Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan lebih cenderung pada pendidikan moral dengan pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan pada anak didik. Adapun pendidikan dalam pandangan Fromm cenderung kepada pendidikan pembentukan karakter pribadi yang produktif pada anak. Konsep pendikan mereka ini erat sekali hubungannya dengan tujuna pendidikan.

KEPRIBADIAN SEHAT & TAK SEHAT

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :

1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen
4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :

===================================================

Kepribadian yang sehat :

1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang)

===================================================

Kepribadian yang tidak sehat :

1. Mudah marah (tersinggung)
2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
6. Kebiasaan berbohong
7. Hiperaktif
8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
9. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
10. Sulit tidur
11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan
15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

MENGENAL TIPE KEPRIBADIAN

Prakata : Untuk memahami sifat dasar kita, perlu diketahui pengelompokan kepribadian atau watak yang mula – mula ditetapkan oleh Hippocrates, untuk lebih jelasnya lihat ulasan berikut

MENGENAL TIPE KEPRIBADIAN

Apa yang membuat diri anda begitu istimewa ?

Setiap orang menginginkan kepribadian yang lebih baik. Kita semua dilahirkan dengan ciri khas watak kita sendiri. Setelah kita tahu siapa diri kita maka kita bisa mulai memahami jiwa kita, meningkatkan kepribadian kita dan belajar menyesuaikan diri dengan orang lain. Begitu anda memahami bagaimana cara mengeluarkan apa yang terbaik dari diri Anda maka Anda akan mendapatkan bahwa orang lain juga kelihatan lebih baik.

Untuk memahami sifat dasar kita, perlu diketahui pengelompokan kepribadian atau watak yang mula – mula ditetapkan oleh Hippocrates. Antara lain :

1. Tipe Kepribadian Sanguinis

Tipe ini paling baik dalam hal berurusan dengan orang lain secara antusias; menyatakan pemikiran dengan penuh gairah; memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu banyak; mementingkan diri sendiri; sulit berkonsentrasi; kurang disiplin.

2. Tipe Kepribadian Melankolis

Tipe ini paling baik dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara catatan, bagan dan grafik; menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan; menunda – nunda suatu pekerjaan; mempunyai citra diri yang rendah; mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain.

3. Tipe Kepribadian Koleris

Tipe ini paling baik dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat; persoalan yang memerlukan tindakan dan pencapaian seketika; bidang-bidang yang menuntut kontrol dan wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak tahu bagaimana cara menangani orang lain; sulit mengakui kesalahan; sulit bersikap sabar; terlalu pekerja keras.

4. Tipe Kepribadian Phlegmatis

Tipe ini paling baik dalam posisi penengahan dan persatuan; badai yang perlu diredakan; rutinitas yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang antusias; malas; tidak berpendirian; sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih dan gelisah.

Setelah kita mulai memahami perbedaan-perbedaan dalam watak dasar kita, hal itu menyingkirkan tekanan dari hubungan antar manusia. Kita bisa saling melihat kepada perbedaan lainnya dengan cara yang positif dan tidak berusaha membuat setiap orang jadi seperti kita.

Cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan tipe :

1. Tipe Sanguinis

-Jangan mengharapkan mereka mengingat janji pertemuan/tepat pada waktunya.

-Sadarilah mereka bicara tanpa berpikir lebih dulu.

-Sadarilah bahwa mereka bermaksud baik.

-Terimalah kenyataan bahwa mereka mendapat kesenangan dari apa yang akan memalukan orang lain.

2.Tipe Melankolis

-Ketahuilah bahwa mereka sangat perasa dan mudah sakit hati.

-Sadarilah bahwa mereka diprogram dengan sikap pesimistis.

-Pujilah mereka dengan tulus dan penuh kasih sayang.

-Terimalah kenyataan bahwa kadang-kadang mereka menyukai kesunyian.

3.Tipe Koleris

-Akuilah bahwa mereka berbakat memimpin.

-Ketahuilah bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti. Sadarilah bahwa mereka tidak penuh belas kasihan.

-Ketahuilah bahwa mereka selalu benar.

4.Tipe Plegmatis

-Sadarilah mereka memerlukan motivasi langsung.

-Bantulah mereka menetapkan tujuan.

-Jangan mengharapkan antusiasme.

-Doronglah mereka untuk menerimatanggungjawab.

Kita akan bersenang-senang dengan orang Sanguinis, yang mengeluarkan antusiasme. Kita akan semis dengan orang Melankolis, yang berusaha mengejar kesempurnaan dalam segala hal. Kita akan maju ke depan bersama orang Koleris, yang dilahirkan dengan bakat pemimpin. Kita akan rileks dengan orang Phlegmatis, yang dengan bahagia menerima kehidupan. Seseorang mungkin saja tidak mumi memiliki 1 tipe tertentu, tetapi gabungan antara beberapa tipe namun tetap memiliki sebagian besar/kecenderungan pada 1 tipe tertentu.

Ada 6 tipe kepribadian yang dikaitkan dengan pekerjaan, antara lain :

1. Tipe Realistik

Orang yang menyukai aktivitas di luar ruangan. Mereka sering menganggap tidak begitu penting bersosialisasi dan lebih suka bekerja sendiri. Jika harus bekerja dalam tim, ia lebih suka dengan orang yang setipe. Orang ini tidak suka bergosip dan hanya berkonsentrasi pada tugasnya. Tipe ini tidak pernah melimpahkan pekerjaannya pada orang lain.

2. Tipe Investigatif

Orang selalu tertarik pada gagasan dan ide-ide. la merasa membuang waktu dengan masalah yang melibatkan emosi. Tipe ini sering berkonflik dengan orang yang biasa bergosip.

3. Tipe Artistik

Orang yang senang dengan ide-ide dan materi untuk diekspresikan dengan cara yang unik. Tipe ini sangat menghargai kebebasan. Sayangnya, tipe ini rentan jadi santapan gosip karena caranya yang unik dan sering menimbulkan interpretasi yang biasa.

4. Tipe Sosial

Orang yang berorientasi untuk dan dengan orang lain. Tipe ini cenderung mempunyai orientasi untuk menolong, memelihara dan mengembangkan orang lain. Karena kepekaan dan kepeduliannya, orang ini seorang mengurus hal-hal yang terlalu pribadi. Bila tidak diimbangi dengan kematangan, ia mudah tergelincir untuk menjadi penggosip.

5. Tipe Wiraswasta

Orang yang lebih berorientasi pada ‘orang’ daripada gagasan. la mendominasi orang lain untuk mencapai tujuannya. la pintar mengatur kerja orang lain, mempersuasi orang dan bernegosiasi. Kemampuan bicaranya sangat diperlukan, biasanya ia menunjukkan sifat bossy dan pemarah di lingkungan kerjanya.

6. Tipe Konvensional

Orang ini biasanya berfungsi paling baik dalam lingkungan dan pekerjaan yang terstruktur dengan baik serta memerlukan keletihan. la biasanya tidak suka bekerja dengan ide-ide dan orang lain.

Setelah mengetahui tipe dan karakteristik kita dan teman sekerja, kita akan memiliki kiat dalam menghadapi teman kerja yang mempunyai sifat-sifat kurang menyenangkan, yaitu:

1. Menghadapi si penggosip, sebaiknya kita jangan terpancing dengan memberikan reaksi yang sama. Justru tonjolkan sifat tipe investigatif/realistik kita sehingga ia merasa sia-sia bergosip, karena kita lebih memfokuskan perhatian pada pekerja.

2. Menghadapi si pemalas, jika tidak termasuk pada tipe kepribadian sosial hubungan ini akan saling melengkapi. Namun, bila kita bukan tipe ini hendaknya ekspresikan secara terbuka. Usahakan lebih asertif mengenai keberatan kita terhadap sifatnya dengan cara yang tidak menyinggungnya.

3. Menghadapi si bossy, padahal ia bukan atasan kita. Ini mungkin paling menyebalkan. Orang dengan sifat ini biasanya kurang memiliki quality feeling. Kita sedapat mungkin menyentuh aspek afektuhya, Dekati secara individu dan nyatakan bahwa dia sebenarnya teman yang sangat menyenangkan bila diiringi perilaku saling membantu.

4. Menghadapi si pemarah. la sangat perfect, menuntut orang sesempuma mungkin saling mudah kecewa dan frustasi. Marah adalah salah, emosi jika sedang meluap. Percuma Anda mendebatnya, walaupun Anda dalam posisi benar. Tunggu hingga ia benar-benar dalam keadaan stabil, lalu nyatakan pendapat Anda. Bila memungkinkan, evaluasi kejadian tersebut sehingga timbul in sight. Bila perlu sarankan dia untuk mengikuti training manajemen stres yang sedang populer.

LK3 “Mitra Remaja” Bojonegoro memanfaatkan tipe-tipe kepribadian tersebut ke dalam suatu pelatihan kepemimpinan (outbond), yaitu suatu bentuk permainan (belajar sambil bermain) untuk melatih anak menjadi pemimpin. Yang mana fungsi kepemimpinan antara lain: sebagai pengambil keputusan, manager, penanggung jawab, dan lain-lain. Dalam outbond ditampilkan sifat asli diri sendiri dan kebersamaan serta memiliki kreativitas dan motivasi. Untuk itu dengan mempelajari dan memahami tipe-tipe kepribadian akan dapat menumbuhkan bakat kepemimpinan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe-tipe kepribadian sangat penting manfaatnya dalam berbagai macam situasi. Diantaranya:

• Kita dapat lebih memahami orang lain dan mempelajari sejumlah alternatif dalam pola perilaku kita sendiri. Kita dapat mulai memandang kehidupan dari sudut pandang yang lebih luas.

• Sebagai sarana penting untuk mengembangkan hubungan dengan keluarga, teman dan mitra kerja.

Oleh karena itu, marilah kita mulai belajar untuk saling memahami kepribadian – kepribadian yang berbeda, sehingga kita akan senang bisa mengenali pola kepribadian seseorang dan dapat membantu kita dalam hubungan dengan orang lain serta dalam mengantisipasi reaksi orang lain, serta belajar bagaimana caranya menerima bahkan menikmati ciri khas yang membuat kita masing-masing begitu berbeda. Dengan demikian diri kita akan mudah untuk memaafkan dan menerima orang lain apa adanya.

” Tulisan ini dikutip dan diedit kembali oleh Mia & Nung, Team LK3 “Mitra Remaja” Bojonegoro dari buku Personality Plus (oleh Florence Littauer) dan Eneagram (oleh Renee Baron & Elizabeth Wagele)

Membaca Karakter Seseorang Lewat Bentuk Wajahnya

Ingin tahu karakter pasangan kamu, atau orang yang kamu taksir, tak perlu khawatir. Baca tips ini, yang mengungkap tentang kepribadian orang lewat bentuk wajahnya, dijamin kamu bakal tahu bagaimana kira-kira karakternya pasangan atau incaranmu.

Selama berabad-abad, manusia berusaha untuk memahami karakter seseorang dilihat dari wajahnya. Orang Cina percaya bahwa wajah merupakan refleksi dari kepribadian. Unsur yang terdapat dalam wajah seperti mata, hidung, bentuk wajah, hingga kerutan memiliki makna tertentu yang mampu mencermikan kepribadian seseorang.

Bentuk Muka

Bulat : Orang yang memilki muka bulat cenderung memiliki kepribadian yang emosional, sensitif, dan juga perhatian. Biasanya, pria yang memiliki muka bulat memiliki fantasi seksual yang sangat kuat dan nyaman dalam menjalami hubungan yang stabil dan jangka panjang.

Oval : Bentuk muka oval cenderung lebih praktis, sistematis dan pekerja keras. Kamu yang memiliki bentuk muka oval juga cenderung memiliki fisik yang atletis yang cenderung menciptakan narsisme pribadi yang mampu merusak hubungan.

Kotak : Orang dengan bentuk muka kotak cenderung agresif, ambissius, serta dominant. Kamu juga memiliki pemikiran yang tajam, ahli dalam melakukan analisis, dan kritis.

Segitiga : Bentuk muka seperti ini biasanya dimiliki oleh tubuh yang kurus dan memiliki kemampuan persuasi. Bentuk muka ini juga biasa dimiliki oleh orang Tionghoa yang memiliki pribadi yang kreatif dan sensitive tetapi juga temperamental.

Dahi
Dahi yang lebar menandakan suatu kecerdasan dan kepraktisan serta pribadi yang idealis namun tidak pernah mati kreativitas. Jika kamu memiliki dahi yang rata, ini mengindikasikan seseorang yang pragmatis, logis, dan yang selalu mengandalkan fakta dan data. Jika kamu memiliki dahi yang sangat lebar ini menandakan bahwa kau seorang pemimpi dan merupakan seseorang yang membutuhkan sebuah rencana aksi starategis untuk memenuhi ambisinya yang cukup besar.

Mata
Bagaimana cara mendeteksi seseorang itu berbohong? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Richard Bandler dalam Neuro Linguistic Programming yang menjelaskan bahwa tatapan seseorang saat berbicara bisa mengindikasikan apa yang dipikirkannya. Jika seseorang bertanya dan mereka menengok ke kanan, ini menandakan mereka sedang berpikir dan menggunakan otak kreatifnya dengan mengumpulkan segala aspek visual yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka berbohong. Jika mereka menengok ke sebelah kiri, ini mengindikasikan mereka menggunakakn memori yang ada di otak dan kemungkinan besar akan mengatakan kebenaran.

Bentuk mata juga sangat berpengaruh. Jika kamu memiliki mata besar cenderung akan lebih toleran dan berpikiran terbuka. Sementara yang memiliki mata sipit mengindikasikan orang tersebut berpikiran sempit.

Hidung
Hidung yang ideal berbentuk mancung, lurus, dan penuh. Hidung yang mengembang mengindikasikan personal yang hangat dan memiliki empati yang besar dengan sekelilingnya. Tipe ini juga biasanya memberikan standar yang cukup tinggi dalam hidupnya dan memiliki perilaku yang baik. Untuk ukuran hidung yang besar cenderung suka melakukan kekerasan. Semakin besar hidung yang dimiliki orang tersebut, kecenderungan untuk melakukan tindakan kekerasan pun semakin tinggi. Jika Anda memiliki hidung pesek , ini menunjukkan Anda sebagai pribadi yang independent dan tahan banting, meski terkadang terjadi naik turun dalam hubungan percintaan maupun dengan hubungan pertemanan dengan orang lain.

Mulut
Mulut terkait dengan komunikasi dan sensualitas yang bisa dilihat dari bentuk bibir. Jika bibir atas tipis dan bagian bibir bawah tebal, hal ini mengindikasikans seseorang yang tidak bisa melakukan hubungan timbal balik dalam suatu hubungan. Jika sebaliknya, bentuk mulut tersebut justru mengindikasikan seseorang yang terlalu berbelas kasih. Jika memiliki bibir tebal di bagian atas dan bawah, menunjukkan sifat yang penyayang dan sensitive. Sementara yang bermulut kecil mengindikasikan sifat yang kejam dan egois.
Kerutan
Kerutan di seputar mata menunjukkan garis kebahagiaan. Hal ini menunjukkan adanya tanda keterbukaan hati kepada semua orang. Garis vertical yang ada diantar mata menunjukkan sosok yang logis, pekerja keras, dan juga kritis. Kerutan di seputar hidung hingga menuju mulut merupakan garis tujuan hidup. Orang yang memiliki garis kerutan ini memiliki arah hidup yang tepat.

Segala bagian dari wajah kita memang bisa memancarkan kepribadian tertentu karena semuanya bergerak menunjukkan ekspresi tertentu pula. Dan tentu semuanya memiliki makna yang berlainan, namun Anda boleh mempercayai juga boleh tidak mempercayai interpretasi ini karena interpretasi hanya bisa dinilai oleh tiap individu dan interpretasi sifat seseorang juga tidak bisa hanya dilihat dari mimic muka, melainkan gesture tubuh dan kesehariannya.

TEORI KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN

Sigmund Freud is a prominent figure who is very creative and productive in writing his works. One of his famous works is the theory about Psychoanalysis. In this theory, Freud states several key concepts: 1) Perception about human behaviour. Freud states that human behaviour is determined by the irrational power which is not aware of biological motivation and motivation of certain psychological sexual instinct at the first six years of life; 2) the structure of human personality consists of idea, ego and superego; 3) consciousness and unconsciousness; 4) worries; 5) mechanism how to defend ego; and 6) the development of individuality. This article tries to look at the six key concepts above and its application to counseling.

Riwayat hidup Sigmund Freud

Sigmund Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa Sigmund Freud adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.

Sebahagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama empat puluhan ia banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.

Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.

Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebahagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.

Lima karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah: (1) The Interpretation of dreams (1900), (2) The Psichopathology of Everiday Life (1901), (3) General Introductory Lectures on Psichoanalysis (1917), (4) New Introductory Lectures on Psichoanalysis (1933) dan (5) An Outline of Psichoanalysis (1940).

Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.

Persepsi tentang sifat manusia

Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.

Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah.

Struktur Kepribadian

Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.

Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.

Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id dan instink-instink lainnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur kepribadian manusia.

Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah: (1) apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya, (2) apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan (3) apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.

Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah: Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer.

Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.

Kesadaran dan ketidaksadaran

Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya. Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti: (1) mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri, (2) salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya, (3) sugesti pasca hipnotik, (4) materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan (5) materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.

Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.

Kecemasan

Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Gerald Corey mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang datang.

Sedangkan menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral. (1) kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. (2) kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum, dan (3) kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

Mekanisme pertahanan ego

Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah: (1) represi; ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran, (2) memungkiri; ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang dalam situasi traumatik, (3) pembentukan reaksi; ini adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran, (4) proyeksi; ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia luar, (5) penggeseran; merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”, (6) rasionalisasi; ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk menjelaskan disingkirnya ego yang babak belur, (7) sublimasi; ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi, (8) regresi; yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami, (9) introjeksi; yaitu mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang lain, (10) identifikasi, (11) konpensasi, dan (12) ritual dan penghapusan.

Perkembangan kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.

Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam A.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6 tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.

Minggu, 03 Mei 2009

Psikologi dalam Paradigma Islam

PSIKOLOGI DALAM PARADIGMA ISLAM
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Istilah kepribadian (personality) memiliki banyak arti, ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Di antara para psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi “kepribadian”, sehingga banyaknya definisi kepribadian sebanyak ahli yang mencoba merumuskannya.
Dalam suatu study comperatif Psikologi Barat terbatasnya pengetahuan para teoritikus kepribadian Barat tentang struktur internal manusia telah melahirkan banyak mazhab kepribadian dan Setiap penggagas kepribadian mengajukan asumsi-asumsi dasar tertentu tentang manusia, yang kemudian hipotesis-hipotesis tersebut mempengaruhi konstruksi dan isi dari teori kepribadian yang disusunnya.. Kerangka keilmiahan telah membatasi mereka dalam proses analisis dan sintesis konsepsi kepribadian manusia seutuhnya.Maka dari itu, banyak bermunculan para ahli psikologi islam dalam melakukan terobosan tentang konsep kepribadian manusia seutuhnya.
B.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas dalam mata perkuliahan tentang Psikologi, dan juga untuk mengembangkan psikologi bernuansa islam serta menambah pengetahuan. Selain itu, juga ada tujuan yang sangat mendasar dari terjadinya penulisan yaitu tentang peranan para tokoh islam dalam dunia psikologi yang berjudul Psikologi dalam paradigma islam.

C.Rumusan Masalah
Seiring dengan keterbatasan waktu pikiran dan tenaga, maka kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan tentang:
1.Bagaiman pandangan Al-qur’an dalam psikologi?
2.Bagaiman pandangan para tokoh islam dalam psikologi?



BAB II
PEMBAHASAN

A.Psikologi dalam Persepktif Islam
Allah SWT membekali manusia dan hewan dengan segalah kemamampuan dan tugas-tugas penting dalam kehidupan.Disamping beberapa motivasi dan emosi. Allah juga memberikan perangkat yang dapat mengungkap alam internal dan eksternal serta beberapa kejadian didalamnya. Dengan kata lain, Persepsi mempunyai perana penting dalam kehidupan.
Persepsi merupakan perangkat yang dapat digunakan oleh seluruh makhluk. Namun, Allah SWT memberikan alat persepsi lain yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya yakni,berupa akal.Dengan akal,manusia dapat berpikir tentang makna-makna yang tersirat(seperti kebaikan dengan keburukan,keistimewaan dengan kekurangan,serta kebenaran dengan kebatilan),memberikan hukum dari paradigma umum yang dilakukan melalui riset dan eksperimen,serta membuktikan keberadaan dan kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta melalui kesimpulan yang ditariknya dari penciptaan-Nya terhadap alam semesta dan manusia.1
1.Ciri-ciri Manusia dalam Pandangan Al-Qur’an
Bisa dikatakan benar ketika membicarakan manusia itu sesuatu yang sulit, karena banyaknya persoalan yang terkandung dalam diri manusia itu ,sulit untuk didekati secara menyeluruh. Menurut Bastaman sebagaimana dikutip oleh Jamaludin Ancok, wawasan islam mengenai manusia banyak sekali sumbernya khususnya dalam al-Quran yang diriwayatkan dengan kisah-kisah Adam AS.Dari sana dapatlah diketahui bahwa manusia itu memiliki potensi-potensi yang meliputi:
a.Manusia sebagai khalifah sehingga mempunyai derajat yang sangat tinggi.
b.Manusia tidak mengandung dosa asal.
c.Manusia merupakan kesatun dari empat dimensi yakni, fisik-biologis, mental-psiks, sosio kultural dan spiritual.
d.Dimensi spiritual (rohani,roh-Ku)memungkinkan manusia mengadakan hubungan dengan mengenal tuhan melalui cara-cara yang diajarkan-Nya.
e.Manusia memiliki kebebasan berkehendak yang memungkinkan manusia untuk secara sadar mengarahkan dirinya kepada kebaikan atau kebatilan.
f.Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akal itu dapat membedakan benar dan salah.
g.Manusia tidak dibenarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjuk-Nya.

Selain potensi-potensi diatas, adapula pebedaan manusia dengan makhluk yang lain, yaitu:
a.Manusia memiliki raga dengan bentuk sebaik-baiknya,dengan rupa dan bentu sebaik-baiknya ini diharapkan manusia menjadi bersyukur kepada Allah SWT.
b.Al-qur,’an secara tegas menyatakan bahwa kehidupan mansia itu tergantung pada wujud ruh dan badan.
c.Akal dalam pengertian islam bukan otak melainkan daya berpikir yang terdapat pada jiwa manusia.dan dalam islam akal mempunyai tiga unsur yakni, pikiran, perasaan, dan kemauan.
d.Nafs atau nafsu seringkali dikaitkan dengan gejolak atau dorongan yang terdapat pada diri manusia. Apabila dorongan itu berkuasa dan tak dapat mengendalikannya maka
manusia akan tersesat
2. Istilah Manusia dalam Al-Qur’an
Dalam al-qur’an terdapat empat istilah yang digunakan untuk menunjukkan makna manusia:
a.Insan
Kata “insan” berasal dari kata “uns” yang artinya jinak, tak liar, senang hati, terlihat atau tak abstrak. seperti di dalam keterangan al-qur’an yang terdapat pada surat At-Tin 95;4, Az- Dzariyat 51;56, dan Al-A’raf 7;28.
b.Basyar
Basyar yang berarti kulit luar,seperti dalam firmannya dalam surat Ali Imran 3;79.
c.Bani Adam
Bani adam berarti anak nabi adam,seperti dalam firnan allah dalam surat Al-Araf 7;27.
d.Dzuriyat Adam
Dzuriyat adam Yang berarti keturunan adam, seperti dalam surat Maryam 19;58.
Menurut achmad mubarak desains kejiwaan manusia diciptakan tuhan dengan sangat sempurna, berisi tentang kapasitas-kapasitas kejiwaan seperti berfikir, merasa, dan berkehendak. Jiwa merupakan system yang terdiri dari substansi aql, qolb, bashirat, syahwat, dan hawa.Aql merupakan problem solving kapacity yang artinya dapat membedakan antara benar dan salah.Basyirat adalah pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bashirat Disebut juga nurari. Syahwat adalah motif pada tingkah laku, dan Syahwat itu sesuatu yang manusiawi dan netral. Hawa adalah dorongan kepada obyek yang rendah dan tercelah. Karakteristik hawa adalah ingin segerah menikmati apa yang diinginkan tanpa memedulikan nilai-nilai moralitas.2 Qolb (hati, akal budi, hati nurani), inilah yang memimpin kerja jiwa manusia. Ia bisa memahami realita, ketika akal mengalami kesulitan.Dan terdapat istilah Qolb dalam Surat An-nahl 16; 78, Al-mu’minuun23; 78 yang berbunyi:
Dan Allah mengeluarkan kamu dariperut ibumu dalam keadaa tidak mengetahui sesuatu pun,dan Dia memberi kamu pendengaran,penglihatan, dan hati agar kamubersyukur.( An-nahl 16; 78)
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan, dan hati.Amat sedikitkah engkau bersyukur.( Al-mu’minuun23;78).3

3.Struktur Insan Dalam Pandangan Qur’aniyah
Peta kejiwaan dan mekanisme interaksi antar modus-modus jiwa, dalam kerangka psikologi yang dibangun secara ilmiah, tampak tidak jelas dan banyak menyisakan lubang-lubang di sana sini. Dalam literatur barat sendiri penggunaan istilah-istilah seperti soul, spirit, heart, mind, dan intellect sering campur aduk ketika mengidentifikasi persoalan-persoalan yang bersentuhan dengan konsepsi kejiwaan.
Istilah psycho sendiri yang dipakai dalam konstruk kata psikologi (psychology) berasal dari kata Yunani psyché (Ynch) yang artinya “nafas kehidupan”, dalam mitologi Yunani digambarkan sebagai kupu-kupu. Dalam hal ini, kupu-kupu merupakan perlambang jiwa yang bebas terbang setelah menempa diri dengan “puasa”, keluar dari bungkus kepompongnya. Dua sayap kupu-kupu yang membawa dirinya terbang meninggalkan “bumi” melambangkan dua akal, akal jiwa dan akal raga; dua akal tersebut eksis secara potensial di dalam tubuhnya saat ia sebagai “ulat”, persoalan yang sama dalam representasi yang berbeda bisa dikaji dalam “Alegori Gua” Plato (428-347 SM).
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Istilah ‘Ilm al-Nafs banyak dipakai dalam literatur Psikologi Islam. Bahkan Sukanto Mulyomartono lebih khusus menyebutnya dengan “Nafsiologi”4Penggunaan istilah ini disebabakan objek kajian psikologi Islam adalah al-nafs, yaitu aspek psikopisik pada diri manusia. Term al-nafs tidak dapat disamakan dengan term soul atau psyche dalam psikologi kontemporer Barat, sebab al-nafs merupakan gabungan antara substansi jasmani dan substansi ruhani, sedangkan soul atau psyche hanya berkaitan dengan aspek psikis manusia. Menurut kelompok ini, penggunaan term al-nafs dalam tataran ilmiah tidak bertentangan dengan doktrin ajaran Islam, sebab tidak ada satupun nash yang melarang untuk membahasnya. Tentunya hal itu berbeda dengan penggunaan istilah al-ruh yang secara jelas dilarang mempertanyakannya. (Q.S.al-Isra`ayat85).
Dalam konsepsi pramodern, manusia dibagi atas tiga entitas, corpus, animus, dan spiritus. Animus berasal dari bahasa Yunani anemos yang bermakna sesuatu yang hidup (bernafas) yang ditiupkan ke dalam corpus (wadah atau bungkus). Maka corpus adalah body (raga/jasad); dan spiritus adalah spirit (ruh); dan animus identik dengan psyche yang bermakna soul (jiwa/nafs). Dewasa ini istilah jiwa yang dipakai dalam psikologi telah mengalami penyempitan makna. Jiwa dalam terminologi psikologi modern lebih ke aspek psikis, dimana aspek psikis ini lebih merupakan riak gelombang permukaan di atas lautan dalam yang disebut jiwa. Fungsi ruh terhadap jiwa dan fungsi ruh terhadap jasad
Dalam terminologi Qur’aniyah, struktur manusia dirancang sesuai dengan tujuan penciptaan itu sendiri, dimana jiwa (soul) yang dalam istilah Al-Quran disebut nafs menjadi target pendidikan Ilahi. Istilah nafs didalam Islam sering dikacaukan dengan apa yang dalam bahasa Indonesia disebut hawa nafsu, padahal istilah hawa dalam konteks Qur’ani memiliki wujud dan hakekat tersendiri. Aspek hawa dalam diri manusia berpasangan dengan apa yang disebut sebagai syahwat. Sedangkan apa yang dimaksud dengan an-nafs amara bissu’ dalam surat (Yusuf [12]: 53) adalah nafs (jiwa) yang belum dirahmati Allah SWT:
“Dan aku tidak membebaskan nafsku, sesungguhnya nafs itu cenderung mengarah kepada kejahatan, kecuali yang dirahmati oleh Rabb-ku.”
Hawa merupakan kecenderungan kepada yang lebih bersifat non-material, yang berkaitan dengan eksistensi dan harga diri, persoalan-persoalan yang wujudnya lebih abstrak. Hawa merupakan entitas, produk persentuhan antara nafs dan jasad. Sedangkan syahwat merupakan kecenderungan manusia pada aspek-aspek material (AliImran [3]: 14), dan ini bersumber pada jasad insan yang wujudnya memang disusun berdasarkan unsur-unsur material bumi (air, tanah, udara, api).
Nafs manusia diuji bolak-balik di antara dua kutub, kutub jasmaniah yang berpusat di jasad dan kutub ruhaniyah yang berpusat di Ruh al-Quds. Ar-Ruh ini beserta tiupan dayanya (nafakh ruh) merupakan wujud yang nisbatnya ke Martabat Ilahi dan mengikuti hukum-hukum alam Jabarut. Aspek ruh ini (jamak arwah) tetap suci dan tidak tersentuh oleh kelemahan-kelemahan material dan dosa, spektrum ruh merupakan sumber dari segala yang maujud di alam syahadah ini—maka tak ada istilah tazkiyyatur-ruhiyyah atau mi’raj ruhani.5

B.Pandangan para pemikir islam dalam psikologi.
Mempelajari ilmu psikologi tentu belum terasa lengkap tanpa mengenal para tokoh yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi islam yang digunakan saat ini. Selain itu demi memenuhi banyak permintaan dari para pembaca, maka kami mencoba untuk menguraikan riwayat singkat para tokoh psikologi islam dan hasil karya mereka.
1.Al-Kindi
Al-Kindi (يعقوب بن اسحاق الكندي) (lahir: 801 - wafat: 873), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam.Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan, dari Irak. Ia berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun 873.
Menurut pandangan al-kindi tentang psikologi bahwa sesungguhnya jiwa adalah abadi yang substansinya sama dengan allah. Ketika lepas dari jasad , ia akan mengetahui dari segalah hal sebagaimana allah mengetahui ,atau lebih rendah dari pada itu. Jiwa merupakan emanasi cahaya allah yang Maha agung dan Tinggi.6
Pendapat al-kindi lebih dekat dengan pemikiran plato dari pada aristoteles.namun, al-kindi menyetujui plato plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal dari alam ide.al-kindi berpendapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya yakni,daya bernafsu,dayah pemarah, daya berpikir.7
2.Al-Farabi
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950, Bahasa Persia: محمد فارابی ) atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf Islam yang menjadi salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Farab, Kazakhstan. Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke Alepo (Halib), Suriah untuk mengabdi kepada sang raja di sana. Al-Farabi dikenal sebagai "guru kedua" setelah Aristoteles. Dia adalah filosof islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama).
Pada pandangan psikologinya al-Farabi,beliau menganggap ruh al-qudus akal aktif bukan malaikat jibril sebgaimana diyakini para musafir.kosmos adalah hanya emanasi cahaya tuhan sehingga semua materi hakekatnya tidak ada, yang ada adalah substansi yakni, akal.emanasi bermaknah curahan dari tuhan sebagai wujud pasti,sebagai prinsip awal sehingga kosmos adalah pancaran tuhan.allah adalah aqal pertama,kemudian memancar berurutan menjadi sepuluh tingkat akal.akal aktif adalah akal yang membimbing manusia pada sesuatu sehingga manusia dapat berpikir. Tanpa akal aktif mustahil manusia dapat bepikir.

3.Al-Ghazali
Al-Ghazali dalam (Kitab Ajaaibul Qulub) dijelas membedakan istilah-istilah seperti qalb (rasa jiwa, bukan rasa jasadiah/psikis), nafs, ruh, dan ‘aql; dimana istilah-istilah ini dalam konsepsi psikologi modern tak terpetakan dengan tegas karena berada pada tataran jiwa yang bersifat malakut, atau secara psikologi analitik berada di ruang ketaksadaran.
Prinsipnya, apa yang disebut sebagai manusia sempurna (insan kamil) dalam terminologi Al-Qur’an, minimal manusia yang sudah memiliki struktur seperti tercantum dalam An-Nur [24]: 35, seorang Insan Ilahi. Manusia dikatakan sebagai khalifatullah (wakil Allah) di bumi jika ia telah mencapai state tersebut, ia membawa kuasa Allah dan bercitra Ar-Rahman. 8





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas maka disimpulkan bahwa psikologi Al Quran memenuhi persyratan ilmiah karena psikologi al Qur’an memiliki dasar teori/ hipotesis , metodelogi , kesimpulan /out put dan terakhir manfaat.Dari sudut Al Quran memandang manusia sebagai yang membawa misi keilhaian/wakil Tuhan dan juga memiliki potensi yang hakiki yakni spiritual.kesimpulan terkahir bahwa psikologi Al Quran adalah sebuah metode keilmuan yang tentunyanya sah-sah saja untuk terus-meterus dijadikan kajian.

Saran
Bilamana kesimpulan diatas sementara disepakati dan untuk mempertegas dan mendetailkan keilmiahannya maka perlu mendapat kajian dari akademisi, sehingga diharapkan masa mendatang dapat dijadikan mata kuliah tersendiri dan tentunya sebagi alternatif bilamana alira-aliran psikologi barat sendiri yang diajarkan untuk seluruh Perguruan tinggi di Indonesia masih menjadi perdebatan nilai–nilai fitriati kemanusiaannya












DAFTAR PUSTAKA

Ustman Najati,Muhammad.2006.Ilmu Jiwa dalam Al-qur’an. Jakarta: Pustaka azzam.
Purwanto,Yadi.2007.Epistemologi Psikologi Islam. Bandung: PT.Refika Aditama.
Muchsin,Effendi dan Faizah.2006.Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Www.Gusi...@yahoo.com
Aziz Ahyadi, Abdul. 1995.Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar Baru Algensindo.